Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) selama 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa skor literasi anak-anak Indonesia masih rendah dan belum meningkat secara signifikan. Kemampuan literasi peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata kemampuan literasi peserta didik di negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).Pentingnya orang trua sebagai pendamping bagi anak-anak untuk membudayakan minat baca di rumah.
Selain itu, fakta lain yang ditunjukkan dari hasil asesmen nasional (AN) adalah terdapat kesenjangan pada kompetensi literasi.
Menurut Mendikbud Ristek, masih cukup banyak sekolah, terutama yang berada di kawasan 3T dengan peringkat literasi dan numerasi berada pada level satu atau sangat rendah. Peningkatan kompetensi literasi tidak dapat dilakukan hanya dengan mengirimkan buku ke sekolah tanpa pendampingan.
Untuk itu program Kemendikbud Ristek memfasilitasi sekolah dengan pelatihan dan pendampingan agar buku yang dikirimkan dapat dimanfaatkan secara tepat. Pendekatan itu terbukti mampu meningkatkan kompetensi literasi peserta didik.
Pada peran sebagai jendela, buku membantu pembaca melihat pengalaman baru yang berbeda dari kehidupannya melalui kejadian yang dialami oleh tokoh cerita.
Sementara itu, dalam perannya sebagai pintu geser, buku membawa pembaca untuk berimajinasi mengeksplorasi dunia baru melalui ilustrasi dan cerita fantasi.
Kemudian, buku berperan sebagai cermin, yaitu buku memberikan kesempatan untuk merefleksikan pengalaman hidupnya sendiri melalui cerita dalam buku. melihat konteks yang sudah dikenal anak di dalam buku. Hal ini mendukung peningkatan daya pikir kritis anak dengan melakukan refleksi atas hal-hal yang ada di sekitarnya.
Transformasi Pekerja Perempuan
 Fakta menunjukkan bahwa perusahaan lebih suka merekrut pekerja perempuan ketimbang laki-laki. Namun pendapatan tenaga kerja perempuan di Indonesia pada 2022 hanya 24,8 persen dari total pendapatan tenaga kerja nasional.
Angka tersebut tidak banyak berubah dalam 30 tahun terakhir. Ini menunjukkan ketimpangan gender di Indonesia masih terjadi. Pada 1990, pendapatan tenaga kerja perempuan hanya 21 persen dari angka nasional. Angka tersebut naik di tahun-tahun berikutnya, tetapi tidak signifikan, yaitu pada tahun 2000 (23,5 persen), 2010 (23,7 persen), dan 2020 (24,8 persen).