Peringatan Hari Kartini kali ini tenggelam dengan peristiwa mudik lebaran dan Perayaan Idul Fitri 1445 H.
Peringatan Hari kartini sebaiknya dimaknai dengan melihat tantangan dan persoalan kaum perempuan menghadapi dunia yang tengah dilanda disrupsi.
Perempuan mau tidak mau harus bersiap diri menghadapi revolusi industri gelombang keempat atau Industri 4.0. Kuncinya adalah meningkatkan daya literasi.
Untuk melengkapi berbagai program penguatan literasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Episode Ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia.
Program tersebut berfokus pada pengiriman buku bacaan bermutu untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang disertai dengan pelatihan bagi guru.
Urgensi Literasi untuk Anak
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Anwar Makarim menyampaikan bahwa terobosan Merdeka Belajar Episode ke-23 diluncurkan untuk menjawab tantangan rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia akibat rendahnya kebiasaan membaca sejak dini. Apalagi orang tua sudah jarang memberi contoh baik terkait dengan budaya literasi.
Kondisinya masih diperparah oleh masih kurang atau belum tersedianya buku bacaan yang menarik minat peserta didik.
Tahun lalu Kemendikbud Ristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia.
Ini adalah program pengiriman buku dengan jumlah buku dan jumlah penerima yang terbesar sepanjang sejarah Kemendikbud Ristek.