Memperingati hari Kartini tahun 2024 ada baiknya kaum perempuan Indonesia yang sesuai dengan eranya disebut Kartini 4.0 bersedia mawas diri dan menerima dengan lapang dada kritik sosial yang telah beredar. Bahwa kritik itu menyatakan perempuan saat ini secara umum malas membaca namun kelewat cerewet di medsos untuk hal-hal yang kurang produktif.
Perempuan yang notabene juga seorang ibu merupakan pembentuk intelektual anak Indonesia. Bayi yang baru lahir mulai merangkai kecerdasannya dimulai dengan mendengar tutur sapa dan isyarat dari ibunya. Tingkat kecerdasan sang anak semakin tumbuh pesat jika sang ibu gemar berliterasi, utamanya sering membaca buku-buku bermutu.
Indeks literasi bangsa Indonesia yang masih di papan bawah bisa terdongkrak dengan cepat jika kaum perempuan semakin getol membaca buku dan kegiatan literasi lainnya.
Sejarah menyatakan bahwa kekuatan utama RA.Kartini adalah gemar membaca dan menulis. Daya literasi RA.Kartini pada saat itu sangat luar biasa.
Sebagai perempuan yang bergelut di dunia perguruan tinggi dan pelaku industri kreatif, saya hanya bisa mengurut dada melihat kenyataan yang memprihatinkan bahwa menurut lembaga dunia yakni UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Artinya minat baca sangat rendah.
Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca,
Disisi lain ada paradoks yang hingga saat ini bisa kita saksikan, bahwa meskipun minat baca buku rendah tapi data wearesocial menyatakan orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari
Tidak heran dalam hal kecerewetan di media sosial orang Indonesia berada di urutan ke 5 dunia. Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota lainnya paling cerewet di dunia maya karena sepanjang hari, aktivitas kicauan dari akun Twitter, Tik Tok, WA, Instagram dan lain-lain yang berdomisili di Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia paling padat melebihi kota besar di dunia. Laporan ini pernah dirilis oleh Semiocast, sebuah lembaga independen di Paris.
Menurut lembaga itu warga Jakarta tercatat paling cerewet menuangkan segala bentuk unek-unek di Twitter lebih dari 10 juta tweet setiap hari.
Di posisi kedua peringkat dunia kota teraktif di Twitter ialah Tokyo. Menyusul di bawah Negeri Sakura ada warna Twitter di London, New York dan Sao Paulo yang juga gemar membagi cerita.Â
Bandung juga masuk ke jajaran kota teraktif di Twitter di posisi enam. Dengan demikian, Indonesia memiliki rekor dua kota yang masuk dalam daftar riset tersebut.