SEKOLAH
“Hufh harus bisa, harus bisa , bisa “ menyemangati diri sendiri. Orang itu mulai melangkah dikoridor dengan gagah nya, ketampanan nya, wajah dinginnya yang membuat kaum hawa disekolah pada histeris melihatnya. Bagaimana tidak dia saja ketua osis, siswa rangking satu paraler di sekolah, mengikuti olimpiade dan menjadi juara 1 setiap tahun. Dia melangkah mendekat-mendekat jarak antara kami sekitar 10 meter , perlahan 5 meter , 3 meter , 1 meter.
1 2 3 “ RAFA ini surat untuk mu tolong dibaca “kata ku didepan orang yang dikagumi kaum hawa disekolah dengan perasaan yang gugup. Penampilan rambut kepang dua , memakai kacamata bulat tipis dan baju yang selalu rapih. Deg,,,,deg,,,deg suara jantungku terasa ingin meledak dan keringat membasahi ku lalu menunggu-menunggu, semua di koridor sekolah memperhatikan ku dan saling membisik satu sama lain. Melihat sekitar semua menatap dengan tatapan aneh dan menyeramkan, aku mundur perlahan-lahan dan lari.
==========
SEKARANG
“BODOHHHHH” kesal ku sambil berteriak di bantal dan membuat berserakan Kasur ku, “ Ayolah rin ikut, ga ada temen nih “ ajak orang yang disamping ku. “Untuk apa hah ? kau tau aku ini paling males ikut beginian, apa ini acara reuni ?? males-males titik gak mau ikut” tolak ku mentah-mentah ke teman ku yang bernama Kaila. “ Yaaaa Rin sebentar ,makan gratis pula ayolah” bujuk kaila, “ Dasar tukang gratisan , tapi kalau aku ikut kamu harus tanggung jawab mengerti “ ancamku ke Kaila. “SIAP KOMANDAN ARIN yeahhh akhir nya terbujuk juga “ senang Kaila.
--
Suasana dalam restoran begitu ramai, orang-orang yang berada disini saling bercanda, saling tukar cerita, menikmati makanan minuman dan mengulangi kembali cerita yang dulu. “Tempat ini terlalu ramai tau “sahut ku bete, “ Rin liat tuh ,pada nanyain kamu dulu ‘Si Arin yang pemberani tapi kabur ngeliat muka galak ketua osis yang seperti gunung es hahaha” ledek Kaila dengan tertawa puas, “diam kaila” balasku datar. “ARIN bagaimana kamu ga terkenal, kamu ngasih surat ke si Rafa yang terkenal gunung es nya itu , bahkan ada yang di tolak mentah-mentah sama Rafa dan kamu adalah orang yang ke-1000 yang menyatakannya terus malah kabur sebelum di jawab “Kaila sambil tertawa dengan lebih kencang.
Bener sih kata mereka aku ini adalah orang yang ke-1000 dari semua perempuan disekolah maupun di luar dan menjadi legenda di buku tahunan sekolah. Aku begitu malu mengingat itu diam-diam aku mengikuti nya kesana kemarin ( bukan penguntit parah yaa) cuman dari SMP aku sudah menyukainya bisa di bilang begitu. Tapi yang membuatku bingung pada diri sendiri adalah pada saat mengasih surat kepada dia hanya dan dilihat sekitar 10 detik oleh nya ,malah aku kabur. Pikiranku sudah pasti aku akan di tolak walaupun memang belum tau jawaban aslinya.
Tiba-tiba,,, “Wehhh Rafa datang tuh “ , “ EEHH iya Rafa “,” Aduhh tampan nya “ , “kudenger dia CEO loh” semua orang di situ yang saling membisik satu sama lain dan yang kaum hawa pastinya histeris melihat ketampanannya yang bertambah. Aku memerhatikan nya dari kejauhan ternyata dia tidak berubah malah menurutku. Aku pun langsung mengambil buku menu dan menutupi supaya tida terlihat oleh nya. “ Rin, Rafa tuh behh ganteng bener “kagum Kaila.
”Shuttt diem“ ke Kaila, ternyata dia kearah teman-teman nya dan bodohnya teman-teman nya ternyata duduk di seberang mejaku dan Kaila. “ Aduhh , gawat malu banget nih ayo arin kamu bisa jangan takut ini juga sudah lama, kamu kan sudah sukses”berusaha staycool, tapi saat aku mengangkat menu yang kututupi dan ternyata. Rafa ada di depan meja ku dan duduk diseberangku sungguh horornya. Aku mulai terdiam dan tertunduk perlahan-lahan, “ ARIN” kata pertama yang Rafa ucapkan, aku mulai menengok kearah nya dengan senyum terpaksa “Hai apa..kabar ? su..su.sudah lama tak berjumpa” malu dan menyapa dengan bodoh nya. Kaila pun melihat itu hanya tertawa “ Hai raf, sudah sukses rupa nya?” tanya kaila, “ nihh si arin juga sama “ tambah Kaila aku hanya melototin nya.
Suasana semakin ramai, bahkan diantara lain nya saat bermain tanya-tanya dan aku menjadi sasaran empuk untuk di jadikan kelinci percobaan ataupun umpan alias menjadi bahan ejekan. Banyak menanya kepadaku “Arin udah sapa rafa?”, “Arin masih jomblo?”, “Arin tuh rafa nya kenapa di diemin masih mau kabur lagi”. Banyak sekali pertanya-pertanya aneh kepada ku aku hanya membalas dengan senyuman saja, saat Rafa datang semua menjadi reporter dadakan.
Rafa memang melirik ku tapi diam saja, saat salah satu bertanya kepada Rafa “ Raf , aku penasaran jawaban lu sama surat yang di kasih Arin apaan isinya?” tanya teman rafa yang jail yaitu Julian, Rafa mulai melirik ku sebentar dan “Itu hanya surat biasa yang isi nya ‘ Arin bisa Arin bisa Arin bisa kalau nilai MTK nya bagus Arin nonton konser pedas kalau Arin nilai MTK jelek berarti harus ngasih surat ke Rafa“ semua mendengar cerita Rafa dengan pembawaan santai dan datar nya yang dia punya, beberapa detik kemudian semua tertawa apalagi tawaan Julian dan Kaila yang terkesan meledek dan begitu keras. “Dasar teman tak tau diri bukannya belain “ dalam hatiku dan malu melihat Rafa, bodoh bodoh bodoh. “ Terus bales kamu apa Raf ?” tanya Julian yang penasaran, Rafa sedikit melirik ku dan aku hanya terdiam
“Bukan urusan mu” jawab Rafa.
Setelah acara Reuni makan-makan itu semua balik pulang, tersisa teman-teman Rafa, kaila aku dan juga rafa. “ Arin pulang bareng siapa ? mau bareng aku “ tawar Julian yang masih saja merasa lucu cerita Rafa, “ Tidak terima kasih, pulang sendiri “ tolak ku halus.
Aku pun pamit kepada mereka-meraka dengan perasaan masih malu dengan cerita Rafa dan kebodohanku.
===========
Berjalan-jalan menikmati angin malam yang sejuk dan tak terasa sudah sampai di rumahku.
“ Hufhhh Cape nya, bener-bener Julian meledekinku tanpa henti di tambah lagi Kaila mana ada tolongin temannya dengan malah ikutan bareng Julian, Awas saja mereka berdua” keluhku ditambah kesal sambil membuka pintu rumah. Ruangan benar-benar gelap hanya lampu dapur saja dan kamar.
“Sudah sampai ? lama bener” seseorang bertanya pada ku sambil menuruni anak tangga, “Tadi ku ajak bareng kenapa di tolak ?” tambah nya. Gimana aku tidak menolak, dia saja yang mulai cerita konyol itu dan mempermalukan ku. Aku hanya memperhatikannya datar, “ Tolong bikini makanan dong, laper lagi nih “ dengan senyum ejek nya mendekat arah ku dan mengacak-ngacak rambutku lalu menuju dapur.
“DASAR KAU RAFA, AKAN KU BALAS KAU” sahut kesal ku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H