Lily berlari dan menutup pintu dengan sekuat tenaga.
“lagi lagi ruangan yang salah.”katanya dengan terengah engah.
Kini Lily berada di tempat dan dunia yang berbeda lagi. Dia berhenti sejenak dan mengamati tempat ia berdiri sekarang.
“Hidup ini memang seperti Negeri Dongeng. Selalu ada sihir jahat yang menghalangi sebuah keajaiban, dan mengapa semua orang sibuk memikirkan impiannya.” Emosinya kini tak tertahankan.
Terlampau jauh perjalanan yang ditempuhnya, hanya untuk menemukan satu gerbang yang tepat. Perjalanannya kali ini menuju tempat dimana dia pernah menggantungkan impiannya. Tempat itu sudah lama dia tinggalkan.
Ya, dia tinggalkan bersama seluruh kenangan. Kini dia berusaha untuk kembali ketempat itu. Tapi entah pintu mana yang benar, karena sudah terlalu lama dia melupakan impiannya itu.
Rasa pesimis pun menyelimutinya sekarang.
“ah, tidak! Bajuku. Ini pasti ulah para pemain sandiwara itu. Bisa bisanya mereka hidup dalam dua sisi berbeda disaat bersamaan. Tak ada senyuman tulus dari mereka.”
Lily terus menggerutu tanpa sadar dia menabrak seorang gadis yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Lily.
“aw!”
“maaf. Aku benar benar tidak sengaja.”