Mohon tunggu...
Rivan Efendii
Rivan Efendii Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar yang sedang belajar, akan belajar, dan terus belajar

Rivan Efendi, penulis dan jurnalis muda asal Aceh, tertarik pada self-improvement, sejarah, dan politik. Artikel-artikelnya yang informatif dan inspiratif bisa dibaca di Kumparan, IBTimes, dan Indozone. Ia juga jurnalis independen yang menginformasikan lewat video, gambar, dan tulisan. Ia profesional dan berintegritas dalam bidang komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pahlawan Itu Bernama "Ibu"

22 Desember 2022   13:32 Diperbarui: 22 Desember 2022   13:38 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin kita tidak mengerti apa yang telah dia perjuangkan untuk melahirkan dan membesarkan kita. Memang, saat itu situasinya agak berbeda dibandingkan dengan semua pengalamannya memikirkan kita, meskipun dia sering melakukannya.

Anak-anak muda umumnya melakukan olahraga seperti menendang perut sambil melewati rasa sakit akibat aktivitas kita. Lebih dari itu, Seorang ibu juga merasakan beratnya melahirkan kita saat masih di perut. Beban yang dirasakan ibu saat beraktivitas dalam berbagai hal seperti bekerja, memasak, dll padahal ia harus melewati beban dan derita membawa kita berkeliling saat itu. Dengan itu, kita semua harus bisa menyayangi ibu-ibu yang membasuh kaki dengan air sebagai komitmen anak yang tidak akan pernah bisa tergantikan oleh apapun.

Seringkali kita tidak pernah membayangkannya, mirip dengan kegugupan seorang ibu saat mengandung kita sebelum akhirnya kita dilahirkan ke dunia dari perutnya. Dengan penuh semangat ia bertahan melewati segala siksaan dan beban yang ditanggung seorang anak yang dibawanya dalam setiap gerakan. Namun, kegugupan seorang ibu adalah sesuatu yang intens, karena pada saat melahirkan sang ibu sangat khawatir dengan keadaan anaknya sebelum akhirnya anaknya bisa lahir ke dunia. Ia sangat fokus pada kesejahteraan anaknya alih-alih mengkhawatirkan kondisinya sendiri. Sungguh, berbagai penderitaan akan rela ia lalui demi sang anak. Sosok ibu akan berani untuk mengorbankan nyawanya jika itu harus dilakukan demi menolong sang anak.

Maka dari itu mengapa harus adanya peringatan hari ibu, karena hari ibu itu merupakan suatu pengabdian, suatu perjuangan, dan suatu pengorbanan seorang ibu yang melahirkan, yang memberi ASI, yang membesarkan kita selama ini. Bukan itu saja hari dimana seorang ibu yang menjadi pahlawan bagi hidup kita dan menjadi pelopor utama dalam hidup kita setelah ayah. Karena kalau bukan jasa beliau mungkin kita tidak bisa merasakan seperti sekarang ini, yang dapat menjejaki kaki kita kedunia ini tanpa perjuangan seorang ibu yang melahirkan kita.

Rivan Efendi - 22/12/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun