Mohon tunggu...
M Rivaldi Husaini Hardiansyah
M Rivaldi Husaini Hardiansyah Mohon Tunggu... Novelis - International Relations Enthusiast

Still Take Out an Negative Thinking Percaya pada setiap proses. Kesetiaan adalah kunci dari kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Globalisasi yang Mengancam Keamanan Nasional dan Petani Kopi Indonesia

20 Maret 2020   02:32 Diperbarui: 20 Maret 2020   06:03 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan zaman yang begitu deras nya membuat semua hal di dunia ini menjadi lebih luas akan segala jenis kebutuhan hidup manusia di muka bumi ini. Terlepas dari itu semua globalisasi bisa saja menjadi ancaman ataupun kesempatan bagi setiap manusia di muka bumi ini, hukum keselarasan dalam tatanan kehidupan mungkin hampir tidak berlaku apabila kita membahas mengenai globalisasi. 

Bisa saja kita ambil contoh kasus pada saat ini, seperti yang sudah kita lihat bersama Trending berkumpul di Coffee shop sangat menjamur saat ini. Seperti yang sudah kita lihat tempat ini sangat lah identik dengan suasana yang tenang, banyaknya aktivitas anak muda, live music, serta keberagaman ciri khas tersendiri di Coffee shop tersebut.

Bicara mengenai kopi Indonesia sendiri berada di peringkat keenam dunia dengan jumlah penghasilan nya mencapai 666 ribu ton pertahun, angka ini terbilang cukup fantastis mengingat posisi negara kita berada di urutan keenam dunia. 

Walaupun begitu masih banyak para petani kopi Indonesia yang mengalami eksploitasi yang artinya tidak lepas dari pemeran utamanya yaitu TNC ( Transnational Corporation). TNC sendiri merupakan perusahaan yang mengelola kegiatan usaha serta menanamkan modalnya di negara berkembang dan jelas bisa kita katakana bahwa TNC merupakan penggerak kegiatan ekonomi global. 

Masyarakat Indonesia sendiri memiliki hobi nongkrong di tempat-tempat kopi bahkan mereka sangat gemar ketika menduduki salah satu tempat dari bagian TNC sehingga pihak perusahaan tersebut dengan cepat memperluas lagi jangkauan pasarnya ke berbagai daerah di Indonesia. 

Dengan begitu cepat Indonesia menghasilkan produksi kopi pada tahun 2018 saja tercatat bahwa US$3.97 per kapita. Tingginya pendapatan yang dihasilkan dari industry kopi membuat munculnya berbagai seni dalam kopi itu sendiri.

Dalam hal ini petani kopi Indonesia lah yang seharusnya lebih kita soroti sebab bahan pokok utama dari  setiap gerai Coffee shop adalah kopi. Terjadinya eksploitasi yang membuat keuntungan perusahaan asing meraup banyak jutaan dolar per tahunya jika kita melihat di bagian pertanian memang dalam sektor ini Indonesia di untungkan dengan penghasilannya pertahun pada pertanian kopi. 

Tetapi tidak kah kita melihat bahwa terjadinya ketidakadilan dalam kegiatan jual beli ini. Eksploitasi jelas terjadi sebab untung rugi berlaku dalam kegiatan ini ketika pasokan kopi yang meningkat di perusahaan tersebut otomatis petani kopi harus menghasilkan lagi laju produksi nya perbulan mengingat daya beli dan konsumsi yang membludak dan tidak seimbang dengan produksi kopi.

Tuntutan dari perusahaan membuat pemasokan petani memang bertambah dalam hitungan 1Kg green beans robusta dihargai dengan Rp. 20.000,- berjuta ton yang dihasilkan oleh petani kopi Indonesia serta meraup keuntungan dalam jumlah yang fantastis. 

Harga perkilo kopi yang seperti itu pun juga dibeli oleh perusahaan besar yang bermain dalam bidang kopi salah satunya gerai kopi yang sekarang menjadi bisnis raksasa di dunia yaitu Starbucks. 

Ketika kopi tersebut dibeli dan langsung dikelola oleh pihak starbucks serta menjual nya kembali di pasaran Indonesia dengan jor-joran harga yang cukup terbilang tinggi, wajar saja dalam satu cangkir dihargai berkisaran 30.000,- sampai 60.000,- harga yang cukup mahal untuk ukuran satu cangkir kopi.

Melihat hal ini teori karl marx berlaku disini, seperti yang dikatakannya bahwa 'Kita ini dieksploitasi oleh kelompok borjuis kapitalis' perlakuan yang begitu ironi ketika melihat kita sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia dan menduduki peringkat keenam harus merasakan keji nya eksploitasi tersebut, tidak mungkin rasanya ketika melihat Indonesia sebagai sumber penghasil kopi harus diduduki oleh perusahaan asing yang berbasis dalam dunia perkopian. 

Dalam teori marxisme terjadinya ketimpang tindihan ini membuat pihak kapitalis sebagai penanam modal besar dan kaum proletar sebagai petani dituntut untuk menghasilkan produksi dengan jumlah yang banyak. Para pelaku menginginkan keuntungan yang besar akan tetapi tidak memperhatikan lagi keadaan disekitar nya. 

Orientasi kapitalis dalam bisnis ini membuat para pelaku utama tidak memperhatikan waktu serta tenaga para petani yang tidak sebanding dengan pemasukan nya. 

Ketika perputara keuangan yang dikuasai oleh investor membuat mereka meraskan keuntungan yang berlipat ganda sebab mereka menjual sumber daya alam negara tempat mereka berinvestasi kepada para penduduk negara itu sendiri lucu rasanya ketika melihat ketimpangan ini yang terjadi di negara penghasil kopi terbesar keenam di dunia.

Globalisasi memang menghadirkan beberapa hal dan suasana yang baru serta mudah sekali untuk dijangkau dan diakses oleh siapapun tanpa terkecuali mengingat laju globalisasi yang semakin hari kian mengalir deras.

Akan tetapi dengan keadaan yang begini membuat jalan bagi kaum kapitalisme untuk menjamah perekonomian global dengan pembelian green beans yang terbilang sangat murah lalu dijual kembali kepada masyarakat Indonesia dengan harga yang terbilang cukup mahal sebab pola strategi seperti ini merupakan pola kapitalisme yang menginginkan untung sebesar-besarnya dan pengeluaran yang serendah-rendahnya. 

Banyak kaum Indonesia yang nongkrong di gerai kopi Starbucks memang suasana disana terbilang sangat aman, nyaman, serta pelayanan dari pegawainya yang terbilang cukup ramah.

Terancam nya keamanan nasional juga terlihat tatkala ketika perekonomian yang seharusnya dikuasai Indonesia harus terisolasi dari ganas nya TNC, begitu kejam tatanan internasional yang membuat kaum-kaum petani kopi Indonesia menjadi korban akibat eksploitasi yang dilakukan para investor asing membuat kemanan Indonesia yang menjadi terancam sebab minimnya penghasilan dari lapak pertanian, timpang tindih kegiatan sosial yang semakin terjadi karena adanya perbedaan antara Coffee shop dan kedai kopi yang lebih mementingkan keadaan petani kopi.

Akan tetapi kita juga harus memperhatikan bahwa setiap kopi yang sudah kita minum tersebut ada jutaan tangis, tetes keringat, serta eksploitasi yang terjadi dari kaum borjuis (pemilik modal) kepada kaum proletar ( petani kopi ). 

Mari kita sama-sama memerhatikan para petani kopi Indonesia perjuangan mereka dalam membantu perekonomian Indonesia. Memtuskan rantai eksploitasi merupakan tindakan yang membantu dari segala sektor, dengan begitu terciptalah keamanan nasional yang akan mencakup seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya timpang tindih disana. Jayalah Indonesiaku. Panjang umur untuk para petani kopi Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun