Mohon tunggu...
Moh rivaldi abdul
Moh rivaldi abdul Mohon Tunggu... Mahasiswa IAIN Gorontalo -

Mahasiswa IAIN Gorontalo Fb. Moh. Rivaldi Abdul Rivaldiabdulputrisuleman.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tiga Corak Kehidupan

6 Desember 2018   15:03 Diperbarui: 6 Desember 2018   15:08 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Pada tahap estetika ini ukuran perbuatan manusia hanyalah diukur pada, apakah itu menyenangkan atau membosankan. Jika menyenangkan maka akan langsung dikerjakan dan jika membosankan maka akan ditinggalkan. Kehidupannya hanya untuk saat ini dan hanya untuk dirinya. Tidak perduli bila yang dikerjakannya itu merusak dirinya dikemudian hari atau merugikan orang lain. Asalkan itu menyenangkan maka akan dilakukan.

Fenomena maraknya minuman keras dan narkoba. Merupakan tanda bahwa banyak orang yang berada pada tahap kehidupan ini. Tidak perduli minuman keras dan narkoba bisa merusak dikemudian hari, yang terpenting itu menyenangkan hari ini maka akan dilakukan.

Ketika hidup orang estetis sudah kacau dan rusak maka penyesalanpun datang menyapa dan menawarkan obat pertaubatan. Pada momen ini manusia estetis dihadapkan pada pilihan, mau bertahan pada hidup yang berlandaskan pada kesenangan semata walaupun hidup rusak dan kacau. Atau memilih jalan pertaubatan, corak kehidupan yang berbeda yaitu tahap hidup etika.

Memilih hidup dalam tahap etika berarti mengubah corak hidup yang semula estetis menjadi etis. Manusia pun mulai menerima kebajikan-kebajikan moral dan memilih untuk mengikatkan diri kepadanya. Prinsip kesenangan (hedonisme) dibuang jauh-jauh dan sekarang ia mulai menerima dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan. (Zainal, Filsafat Manusia, 149). Tahap etika adalah hidup dengan kesungguhan dan kemantapan dalam bertindak menyangkut pilihan-pilihan moral. (Sobur, Filsafat Komunikasi, : 182).

Ukuran hidup pada tahap ini bukan apakah menyenangkan atau membosankan. Namun, apakah itu baik atau buruk, bermanfaat atau tidak bermanfaat. Tidak semua yang baik atau bermanfaat itu menyenangkan. Dan sebaliknya tidak semua yang menyenangkan itu baik atau bermanfaat. 

Misalnya, ketika belajar, terkadang rasa bosan datang menyapa. Maka rasa ingin bersenang-senangpun datang. Disaat demikian teringatlah perkataan Imam Syafi'i bahwa jika tidak tahan pada lelahnya belajar di waktu muda. Maka kamu akan merasakan pahitnya kebodohan di waktu tua.

Walaupun belajar terasa membosankan, namun itu adalah hal yang baik dan bermanfaat. Maka pilihan moral adalah untuk terus belajar. 

Tahap ini adalah tahap kemanusiaan. Mengutamakan pilihan moral daripada kesenangan pribadi. Inilah pilihan para pahlawan perjuangan kemerdekaan. Inilah yang membuat Tan Malaka sampai berkata, "Barangsiapa yang menghendaki kemerdekaan buat umum, maka ia harus sedia dan ikhlas untuk menderita kehilangan kemerdekaan (baca: kesenangan) diri sendiri". (Tan Malaka, Dari Penjara Ke Penjara). 

Pilihan moral para pahlawan adalah memperjuangkan kemerdekaan untuk kebahagiaan anak dan cucu mereka. Mereka ingin Indonesia merdeka. Agar anak dan cucunya bisa merasakan kemerdekaan. Agar anak cucu bangsa bisa mendapatkan pendidikan yang baik. 

Namun, alangkah berdosanya kita pada darah para pahlawan. Sebab kemerdekaan yang mereka perjuangkan tidak kita manfaatkan dengan sebaik mungkin. Untuk belajar dan berkhidmat pada agama, bangsa dan negara.

Kiekergaard mengatakan bahwa masi ada tahap corak kehidupan yang lebih tinggi lagi dari pada hidup etis. Yaitu tahap religius. Tahap dimana tidak dibutuhkan alasan atau pertimbangan rasional dan ilmiah untuk masuk disini, yang dibutuhkan adalah keyakinan berdasarkan pada iman. (Zainal, Filsafat Manusia, : 150).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun