Buya Hamka memandang bahwa keTuhanan yang maha Esa, adalah pokok sila dari Pancasila. Sebab, orang yang percaya kepada Tuhan pasti berperikemanusiaan. Orang yang percaya pada Tuhan pasti memahamkan persatuan Indonesia, karena ia beriman kepada Tuhan. Karenanya menurut Buya Hamka, "siapa saja yang menghianati persatuan Indonesia, nyatalah dia pemungkir janji dan nyatalah dia melanggar imannya kepada Allah".
Buya Hamka juga memandang bahwa, "orang yang berpikir dengan ajaran Islam, maka Pancasila bukan saja dasar filsafat Negara, bahkan ia pun mengandung tujuan hidup kami. Pikiran ini didasarkan pada ajaran tasawuf yang terkenal, dari Allah kita datang, dengan jaminan-Nya kita hidup.Â
Dia yang menemani kita dalam hidup ini, kepada-Nya kita akan kembali. Bagi kami yang berpikir dalam pandangan Islam, negara yang adil dan makmur bukanlah sebab, melainkan akibat.Â
Apabila benar-benar dia telah menegakkan  kepercayaan kepada Tuhan, dilaksanakan perintah-Nya, dihentikan larangan-Nya, mengingat Dia selalu dalam segenap langkah, pastilah negera kita akan mencapai adil dan makmur. Sebab, di ridhai oleh Allah swt." Dalam hal ini buya Hamka memandang bahwa tercapainya kemakmuran karena rahmat dari Tuhan untuk hamba-hamba-Nya.Â
Belajar dari pandangan Buya Hamka, yang memandang dasar atau sila yang pokok pada Pancasila adalah sila yang pertama, yaitu "Ketuhanan yang maha Esa". Maka dari itu, salah satu jalan untuk kita menumbuhkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat adalah dengan mulai menumbuhkan silah pertama keTuhanan yang maha Esa. Yang dengannya akan menumbuhkan keempat sila lainnya.Â
Dan kalau kita ingin menumbuhkan sila keTuhanan yang maha Esa maka kita haruslah menumbuhkan semangat keber-Agama-an masyarakat Indonesia. Kita bisa memulainya dengan kembali menumbuhkan semangat pengamalan pada ajaran agama masing-masing. Yang muslim mari kita bangkitkan Pancasila dengan sama-sama kita memakmurkan masjid, karena dari masjidlah persatuan umat Islam dimulai.Â
Di masjidlah tempat kita umat Islam berkumpul untuk menyembah Tuhan yang maha Esa, baik penguasa maupun rakyat biasa, baik kaya maupun miskin, yang sarjana maupun tidak, semuanya bergerak dengan gerakan yang sama dalam satu komando seorang imam sholat. Berdiri, rukuk, sujud dan duduk bersama dalam satu tujuan untuk menghamba pada Tuhan yang Esa, disinilah kita memulai keTuhanan yang maha Esa itu.