Mohon tunggu...
Rivaldi Ayanda
Rivaldi Ayanda Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa UNJ

Hanya seorang Mahasiswa pencari nilai~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manfaat Pelajaran IPS dalam Pembentukan Karakter Sosiologi di Indonesia

1 Januari 2023   14:15 Diperbarui: 1 Januari 2023   14:40 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembentukan karakter adalah suatu komponen yang diperlukan bagi pembentukan anak bangsa yang berintelektual dan berbudi. Hal ini sudah tertera di dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-empat, yang berbunyi mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian, pesan ini juga telah  dipertegas di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3, yang berbunyi pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Dalam ranga menyelesaikan pesan yang sudah ditinggalkan oleh para generasi terdahulu ini, maka dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  pasal 3 telah dibentuk fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan  kemampuan  dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi murid agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam permasalahan yantg kami angkat, pembentukan karakter (terutama karakter Sosiologi di Indonesia) menjadi bahan bincangan para cendikiawan sekalipun menarik keprihatinan masyarakat dikarenakan negara Indonesia sedang menderita krisis karakter. 

Permasalahan ini dapat kita amati dari maraknya tindakan criminal, maupun formal ataupun informal, yang dilakukan oleh pelajar dan koleganya sekalian, seperti tawuran yang sering memakan korban, tidak terpantaunya angka pergaulan bebas, kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja, yang terkadang berakibat pada tindak kekerasan yang meresahkan masyarakat, serta perbuatan buruk lainnya yang telah memperluas akarnya ke semua sektor kehidupan bermasyarakat. Fenomena tersebut jelas telah memberikan tinta merah di kertas nilai masyarakat terhadap citra pelajar dan lembaga pendidikan, karena banyak orang berpikiran dan membentuk stigmatisasi bahwa kondisi ini berawal dari apa yang dilahirkan oleh dunia pendidikan Indonesia yang masih memiliki banyak kekurangan di bidang pembentukan karakter dan moral.

Dari latar belakang masalah karakter yang dijelaskan diatas itu, ditambah gagalnya mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, akhirnya Kementerian Pendidikan nasional mengeluarkan amanat mengenai pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal melalui integrasi nilai kedalam pembelajaran setiap mata pelajaran (Kemendiknas, 2010b; 9). Salah satu mata pelajaran yang cukup signifikan dalam pembentukan karakter tersebut adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, atau lebih dikenal dengan singkatan IPS.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMA/MA/SMK. IPS mempelajari seperangkat peristiwa, fakta serta konsep, dan generalisasi/penyamarataan yang berkaitan dengan isu sosial bermasyarakat (E. Mulyasa, 2007:125). Selain pengertian tersebut, IPS memiliki arti lebih luas lagi seperti yang dikatakan oleh National Council for Social Studies/ NCSS (Sapriya, 2009: 10) bahwa

“Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systemic study drawing, upon such disciplines as anthropology, archaelogy, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences.”

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa IPS merupakan studi sosial yang memiliki bobot yang cukup berat dalam pengajarannya. IPS menggabungkan berbagai macam ilmu sosial serta ilmu dasar yang biasa, guna untuk memandang sebuah masalah dari berbagai sudut pandang yang bisa dikaji. Sudut pandang yang beragam inilah yang nantinya akan membuat seorang pelajar memiliki berbagai pilihan untuk mempertimbangkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat. Definisi IPS menurut Ischak ini tidak terlalu memiliki perbedaan dengan pernyataan dari NCSS diatas. Ischak mengatakan bahwa IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Ischak SU, 1997: 1.30).

Dalam prakteknya, Pendidikan Nilai atau Pendidikan Karakter dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki kaitan yang kental antara satu dengan yang lainnya, yaitu sama-sama mempunyai tujuan untuk memahat jalan masa depan bagi pelajar agar mereka menjadi makhluk sosial yang bermanfaat di masyarakat. Pelajaran IPS semestinya dapat berperan penting dalam pembentukan karakter Sosiologi, terlebih lagi pelajar harus memiliki kecenderungan terhadap penyelesaian masalah sosial dan lingkungan. Pelajar juga harus mempunyai rasa cinta tanah air yang tinggi. IPS merupakan pilar yang sangat penting bagi perkembangan intelektual, emosional, budaya, dan sosial peserta didik. 

IPS mampu merangsang cara berpikir yang kritis serta berperilaku yang bertanggung jawab, entah sebagai seorang individu, warga negara, maupun warga dunia. Selain itu juga, IPS memiliki kewajiban dalam mengembangkan potensi peserta didik agar sensitive terhadap isu-isu sosial yang muncul di masyarakat, memiliki cara berpikir yang sosiologis untuk memperbaiki segala ketimpangan, dan dapat meracik solusi yang dapat mereka gunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. baik diri sendiri maupun di masyarakat. 

Proses pembentukan karakter lebih berfokus pada aspek pengetahuan, keterampilan dan perilaku. Melalui proses pendidikan karakter tersebut, pelajar dalam pembelajaran mata pelajaran sosial diharapkan dapat melahirkan karakter sosiologis yang, dalam konteks yang lebih luas, menjadi manusia yang baik, warga negara yang baik, mampu mengantisipasi krisis etika dan mengambil peran dalam memajukan generasi selanjutnya.

Kembali ke penjelasan awal, dari berbagai disiplin ilmu yang disebutkan tadi terdapat salah satu yang relevan dengan tema artikel ini, yaitu Sosiologi. Disiplin ilmu Sosiologi merupakan hal yang sangat esensial untuk menghabisi hal-hal negatif yang sudah disebutkan di awal artikel karena Sosiologi mengajarkan bagaimana seorang individu melihat berbagai sisi dari society dengan keempat cirinya, yaitu Empiris, Teoritis, Kumulatif, Non Etis;

1. Empiris                                                                                                               

Sosiologi memiliki ciri Empiris, artinya ilmu yang diperoleh berdasarkan observasi, sesuai akal sehat, sesuai fakta, serta tidak menghasilkan sesuatu yang bersifat spekulatif.

2. Teoritis

Sosiologi memiliki ciri Teoritis, artinya Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang selalu berusaha menyusun kesimpulan (abstraksi) dari hasil observasi. Abstraksi atau kesimpulan ini digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.

3. Kumulatif

Sosiologi juga memiliki ciri Kumulatif, artinya disusun atas teori-teori yang sudah ada, atau memperbaiki, memperluas, serta memperkuat teori-teori terdahulu.

4. Non Etis

Ciri Sosiologi yang terakhir, yaitu Non Etis, artinya tidak mempermasalahkan baik buruknya sesuatu, tetapi menganalisis sebab akibat dan menjelaskannya secara mendalam.

Melalui IPS, pembentukan karakter Sosiologi dapat dengan mudah disalurkan dari pembelajaran-pembelajaran yang biasa dikaji di mata pelajaran IPS. Sesuai dengan urgensi dan perkembangan kehidupan masyarakat, pembelajaran IPS dalam konteks pembentukan karakter Sosiologi harus dikembalikan sesuai dengan inti konseptualnya yang bersifat terpadu yang menekankan pada interdisipliner dan intradisipliner, dengan pembelajaran yang kontekstual dan transformatif, aktif dan partisipatif dalam perpektif nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Sesuai dengan tujuannya, pembelajaran IPS harus memfokuskan perannya pada upaya mengembangkan pendidikan untuk menjamin keberhasilan dan kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungannya. Pembelajaran IPS diarahkan untuk melahirkan pelaku-pelaku sosial yang berdimensi personal, dimensi sosiokultural, dimensi spiritual, dan dimensi intelektual.

Keberhasilan implikasi Pembentukan Karakter melalui Kurikulum IPS yang benar akan berdampak pada perkembangan moral, karakter, keterampilan, sikap, nilai dan norma, dan berbagai hal positif lainnya yang diperlukan oleh pelajar tersebut dalam turn langsung ke masyarakat. Selain dari pembentukan karakter tadi, Soft Skill seperti decision making skill, rational and critical thinking skill, serta moral and attitude yang dihasilkan dari kurikulum IPS juga akan sangat berguna untuk berbagai aspek kehidupan pelajar kelak nantinya, Dapat kita simpulkan juga bahwa secara garis besar guru yang baik dan professional itu adalah guru yang melakukan semua pekerjaan yang sesuai dengan ahlinya atau yang sudah ia pelajari. Proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas sangat ditentukan oleh kompetensi guru. Dalam Pembalajaran IPS yang bertujuan untuk membentuk karakter Sosiologi di pelajar, Guru juga sangatlah mengambil peran dalam hal ini. Terutama ketika ada permasalahan yang sedang booming di masyarakat, Guru IPS yang pandai akan mengambil sebuah contoh menggunakan fenomena tersebut sebagai objek penyelesaian masalah yang relevan.

Kepribadian yang matang juga dapat ditujukan dengan cara seorang pelajar atau guru yang memiliki prinsip hidup yang jelas, sekaligus kemampuan untuk menjalankan prinsip tersebut secara konsisten. Adapun harapan kepada generasi penerus bangsa adalah agar seluruh nilai positif yang bisa dijalani bisa diresapi dan terwujud dalam perilaku sehari-hari,baik dalam keluarga, sekolah tempat kerja dan di masyarakat. Kandungan konsep IPS yang telah tertanam didalam pemikiran pelajar akan membawa nilai yang tinggi bagi tiap pribadi sehingga membuat integrasi yang tinggi pula. Jika moral dan akhlak yang menjadi panutan dalam kehidupan maka profesionalitas akan semakin baik, dan jika nilai pesatuan dikedepankan dapat juga menjadi pribadi yang bersinergi

Pemaparan diatas dapat di simpulkan bahwa pendidikan karater yang ditetapkan secara sistematis dan berkelanjutan akan menjadikan anak menjadi cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menempuh perjalanan mereka di masyarakat masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk keberhasilan secara akademis. Ada pula upaya dalam membentuk kepribadian yang konsisten, berintegrasi dan bersinergi adalah dengan melakukan perubahan, kemudian dapat bertangung jawab dan siap menghadapi kegagalan, meningkatkan motivasi dalam diri sendiri, menegakan hukum secara benar dan adil serta mewujudkan idalisme dan cita-cita nasional dengan menggunakan konsep IPS ssecara menyeluruh.

Referensi: 

Adnyana, K. S. (2020). Peran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Pembentukan Karakter. Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar, 1(1), 11-20.

Anshori, S. (2016). Kontribusi Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Pendidikan Karakter. Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 3(2).

Doni Koesoema A. 2007. Pendidikan Karakter, Jakarta: Grasindo.

NCSS.(1994). Curriculum Standars for the Social Studies. Washington D.C.:National Council for the Social Studies.

Numan Somantri, M. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Rosda Karya.

Nur, Rahmat. 2020. INTEGRASI NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS XII IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH DI SAMAKAN WILAYAH SUL-SEL KOTA MAKASSAR. Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi.

Parfin, S. (2020). Peran Sosiologi bagi Perkembangan Karakter Peserta Didik di Sekolah. Sociological Education, 1(1), 11-19.

Surya, Komang. 2020. Peran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Pembentukan Karakter. Ekspedisi Jurnal Pendidikan Dasar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun