Mohon tunggu...
RiuhRendahCeritaPersahabatan
RiuhRendahCeritaPersahabatan Mohon Tunggu... Freelancer - A Story-Telling

Tidak ada cerita seriuh cerita persahabatan (dan percintaan)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak, Bukan Wanita Idaman Lain #2

26 Juli 2023   09:53 Diperbarui: 26 Juli 2023   10:03 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Well, tetapi si Yusuf pun begitu pula bukan? Dia menerima konsekuensi dari tindakan 'penyelamatannya'; difitnah si nyonya dan kemudian........ penjara! Ohhhh ... baiklah, baiklah. Meski aku sama sekali tak layak untuk disandingkan dengan si tokoh Alkitab itu, tapi setidaknya aku sudah punya insight sekarang. Baiklah, pindah akan jadi alternatif. 

***

Hari ini yang bertugas membawakan khotbah adalah pendeta Pattiasina. Rasanya ini bukan bulan September, tapi kenapa ya beliau menyinggung peristiwa 'Tragedi 9/11'? Relevankah itu dengan keadaan di kota ini, khususnya jemaat di gerejaku, pikirku. Namun aku terus menyimak penjelasan Pdt. Pattiasina. Ternyata, beliau hanya menjadikan peristiwa tersebut sebagai latar belakang saja. Inti pesan yang ia sampaikan kepada kami adalah bagaimana sebuah negara besar setelah dipecundangi kemudian sangat berhati-hati dan waspada. 

"Sikap apa yang harus kita tiru dari peristiwa tersebut?" katanya kepada para jemaat. 

"Sikap hati-hati dan menjadikan itu sebagai peringatan," jawabnya. Negara adidaya itu tidak ingin hancur yang kedua kali, dan oleh karenanya mereka sekarang sangat berhati-hati dan waspada (kalau tidak mau dibilang jadi paranoid --itu kataku dalam hati). "Belajar dari kesalahan di masa lalu, bagaimana dengan Anda, jemaat sekalian?" tanyanya kembali.

Bagaimana dengan kami? Kalau aku, jelas. Tentu aku akan berhati-hati terhadap kesalahan yang pernah aku lakukan, responku dalam hati. Hhhmmmm ... eh, o ya? Begitukah? Arrgghhhhhh, apakah maksudnya, Tuhan? Engkau memintaku untuk waspada terhadap apa? Terhadap kasus 'teman tapi mesra'-ku, Iwan?

Hhhhh ..... aku tak bisa mengelak lagi. Kalau itu maksudnya, Tuhan, baiklah. Aku akan berjuang. Demi sebongkah keyakinan bahwa segala sesuatu yang datang dari-Mu (termasuk peringatan-peringatan) adalah baik adanya. Setelah begitu banyak kebaikan yang aku terima dari Engkau.

Aku kini tidak ingin protes pada Tuhan, kenapa gara-gara harus menjadi figur bagi anak-anak muda lalu aku tidak bisa mencintai orang dengan bebas. Aku teringat ayahku. Beliau ketika masih muda banyak perempuan yang menyukainya. Ini yang membuat ibuku selalu merasa unsecure karena cemburu. Akhirnya mereka sering cekcok. Namun meski demikian, beliau tetap setia kepada ibu. Tidak mau punya WIL karena beberapa alasan. Yang pertama, kasihan kepada anak-anak. Yang kedua, hal itu melanggar adat-istiadat kami sebagai orang Batak. Dalam prosesi pernikahan budaya Batak, prosesnya sangat rumit dan sarat makna. Banyak sekali saksi dari kerabat kedua belah pihak. Jadi kalau ada perceraian, seolah-olah tercerai-berai pula kekerabatan kedua belah pihak yang jumlahnya sangat banyak itu. Kemudian alasan yang paling krusial adalah karena keyakinan iman kami melarangnya. 

Ibuku sih pernah (sempat) mengucapkan kata 'cerai', tapi sepengetahuanku ayahku tidak. Entah kalau di belakang kami. Yang aku saksikan, ayahku berusaha menjadi ayah yang baik bagi kami semua. Kalau mereka sering ribut, seringkali anak-anaknyalah yang menjadi 'juru damai'.

Akhirnya hal itu membuatku bertekad untuk mempertahankan pernikahanku kelak sampai di akhir hidup kami. Aku setidaknya punya sandaran untuk bersikap setia pada suamiku kelak. Dan tentu saja ujiannya adalah saat ini! Mau tidak aku membiarkan Iwan tetap setia pada Mathilda, istrinya. 

Tetapi, o my God! Betapa tidak mudahnya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun