Tetapi Ganda adalah manipulator ulung. Ia tahu, istrinya paling tidak suka berdebat di depan umum. Ia tahu Lilit akan menurut.
Lilit menyunggingkan senyum tipis untuk menghormati pak Anton yang telah repot-repot membawa sekotak perhiasan contoh.
"Kamu hanya tinggal menjual di platform-platform marketplace. Manfaatkan grup-grup what's app yang kamu ikuti. Nanti aku juga akan masukkan kamu ke grup ibu Arlinie. Ibu Arlinie adalah orang kontak arisan para istri pegawai dimana Ganda bekerja. Dan banyak lagi saluran penjualan yang bisa jadi pasar produk ini yang disebutkan suaminya.
"Sekarang orang senang tampil di mana media sosial. Selain skincare, perempuan juga perlu perhiasan. Pasarnya belum ramai Lit. Ambillah peluang itu," bujuk Ganda.
Ganda memang pandai mempengaruhi orang, termasuk istrinya. Dan Lilit hanya sanggup mengiyakan. Kalau ada keberatan, ia akan menyampaikannya di rumah.
Dalam perjalanan pulang, Ganda tak berhenti berbicara tentang prospek bisnis perhiasan. Dan Lilit tak melihat celah untuk mendebat suaminya.
Begitulah. Setelah melepas bisnis baksonya, ia sekarang sibuk berjualan perhiasan. Pembelinya lumayan banyak. Ganda yang memberikan aksesnya. Keuntungannya juga lumayan.
Tetapi selisih rupiahnya tidak terlalu jauh dengan keuntungan kalau ia tidak tetap berjualan bakso. Mengapa Lilit mau saja mengikuti pilihan suaminya? Terus-terang, ia tak mau konflik dengan Ganda. Selain itu, ia ingin lelaki itu tetap merasa secure karena keinginannya dihargai orang.
***
Begitulah. Lilit melatih mentalnya setiap hari agar lancar menjual perhiasan. Seperti anak remaja yang dipaksa ibunya belajar main piano sampai mahir. Sang God Father adalah Ganda. Yang setiap kali akan sumringah kalau mendengar ada sekian item perhiasan terjual.
Sementara itu, Lilit mesti mencari cara untuk melepasakan ketegangannya sehari-hari. Di warung bakso Rinilah tempatnya.