Mohon tunggu...
RiuhRendahCeritaPersahabatan
RiuhRendahCeritaPersahabatan Mohon Tunggu... Freelancer - A Story-Telling

Tidak ada cerita seriuh cerita persahabatan (dan percintaan)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Angsa Berkawan dengan Melati

13 Maret 2019   09:51 Diperbarui: 13 Maret 2019   10:13 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Angsa berkawan dengan melati

Akulah angsa engaulah melati

Gua di ujung teluk

membiarkan ombak menampar pelatarannya

Aku diam sebab sedang membutuhkan kesendirian. Bukan saja karena engkau masih berperkara dengannya, juga engkau berbahasa yang aku belum sanggup menerimanya. Bagaimana kalau kata-kata terbaca oleh dunia? Kalau rahasia disaksikan awan berarak-arak?

Angsa dan melati belum bisa bersisian. Angsa berkaki dan bersayap. Melati berakar dan merapat ke tanah. Angsa melintasi pematang-pematang, melati tegak di tempat. Angsa bersuara, melati menebarkan aroma.

Akulah angsa, engkau melati.

Aku terbang melintasi banyak samudra

Engkau berdiri di persinggahan

Tetapi angsa sedang perlu sendirian. Ia membutuhkan kesenyapan, sedang ingin berteman dengan pikiran. Melati menunggulah dahulu, aku tak bisa berbicara, bahkan sepatah kata.

Tempat ini menyimpan banyak cerita, di antaranya cerita duka. Angsa ingin melupakan, tetapi waktu tak sudi melakukan. Jadi, angsa memanggil teman yang telah bertahun-tahun menantinya. Angsa perlu dipulihkan.

Angsa harus diyakinkan, ia tidak sepenuhnya bersalah. Orang itu, orang itulah yang tak pernah berdamai dengan kesusahannya. Orang itu, yang tak sudi menaklukkan angkaranya. Orang itu datang ke kota angsa, lalu memaksa angsa bertindak sesuka dirinya, angsa tak rela, lalu dia kecewa. Orang itu melaporkan cerita, dan tersiarlah kabar kalau angsa tidak layak dipercaya.

Akulah angsa engkau melati

Tunggulah sampai tangisku reda

Tunggu sampai aku siap berbicara

Kalau engkau mau, engkapupun harus menyudahi perkaramu dengan orang-orang. Yang engkau pinjam, kembalikanlah. Yang engkau janjikan, tepatilah, yang engkau inginkan, sepakatilah. Jika engkau lebih berhasrat ke sana, pergilah. Turuti suara hatimu.

Angsa masih ingin mengunyah sepi

Mengurai mimpi dan hendak bangun lagi

Jika masih ada kesanggupan, aku akan bercerita (kembali)

Dan menunggu ceritamu ...

#rimba

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun