Mohon tunggu...
Ritsatul zannah
Ritsatul zannah Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap belajar

Mahasiswa ilmu komunikasi UIN sunan Kalijaga 20107030104

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hidupnya Tergantung dari UMKM

30 Juni 2021   14:38 Diperbarui: 30 Juni 2021   16:23 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung mamah pandu(dokumen pribadi)

Menjadi tantangan dan rintangan bagi yang mempunyai UMKM, baik yang udah lama dan baru, dengan virus covid-19 yang tak kunjung mereda, yang menjadi tantangan bagi mereka agar bisa pengunjung bisa tertarik dengan produk yang mereka akan jual. Dengan memanfaatkan aplikasi WhatsApp jualan pun bisa, mereka yang sebagai pelanggan hanya diam di rumah saja tak lama kemudian makanan sudah di antar ke depan rumah.

semenjak adanya Pandemi menurut ibu Wiwin itu emang adalah masalah yang bukan sepele tapi masalah yang bener-benar di pikiran, apalagi semenjak banyak yang di PHK dalam pekerjaannya. Dan mereka mulai membuka usaha kecil dengan tak habis pikir karena sudah tidak bisa bekerja di perusahaan ataupun pekerja buruh yah jalan keluarnya membuka usaha.

daya saing usaha pun meningkat tapi ibu Wiwin hanya bisa berpasrah karena semua rezeki Alloh yang ngatur. Dan dengan tekat yang yakin dan percaya setiap hari selalu ada orderan cetering ataupun pesenan seperti rendang, nasi bok, atau sate, dan tumpeng buat ultah ataupun buat syukuran rumah atau syukuran lainnya, dan makanan lainnya.

Dengan tekad yang kuat yang mereka merintis membuka usaha yang sejak tahun 2015, mereka pernah merasa jatuh bangun, dan bisa membuka cabang gorengan pinggiran 5 gerobak, terus mempunyai karyawan untuk membantu memasak cetringan nya karena dengan kerja keras dan kegigihannya usahanya pun sampai sekarang masih banyak orang yang selalu membeli.

Apalagi ketika datang yang banyak hajatan, idul Fitri sama idul Adha orderan pun sangat banyak sampai karyawan kelelahan karena banyak orderan yang begitu banyak. Ketika jelang hari raya idul Fitri dan idul Adha banyak yang sering memesan ketupat dan beliau sampai bikin 10 atau 20 Karena di komplek tersebut sudah menjadi langganan dan sudah menjadi lidahnya mereka dalam masakan nya ibu Wiwin tersebut. Usaha yang awalnya kecil dan Alhamdulillah bisa di nikmati banyak orang walau belum kepikiran untuk membuka rumah makan. 

Dengan membuka usaha yang cuma kecil-kecilan dengan membuka segini juga alhamdulillah dan bisa mencukupi hidup buat makan dan lain-lainnya. Dengan memodalkan memasak dari sisa dagangannya yang laku di jual lalu iya di bikin menjadi menu makan sarapan buat ibu-ibu komplek yang males memasak yah jalan keluarnya membeli ke warung ibu Wiwin atau ke mamah pandu.

Siapa lagi yang tak kenal dengan warung yang sering sebut warung mamah pandu, pasti semua komplek tau karena dikenal dengan masakan yang sangat luar biasa. kalau membicarakan tentang hal soal untung rugi beliau berkata nanya juga lagi usaha pasti ada kalanya rugi ada kalanya untung, namanya juga roda kehidupan. Walaupun bukan lulusan bisnis tapi mereka yakin selagi kita usaha dan ikhtiar pasti Alloh akan membalasnya dengan kebaikan dan harapan yang tidak di duga-duga. Walaupun banyak saingan mereka tidak pernah menyerah dan selalu berusaha apapun yang akan terjadi. Tidak ada usaha yang semuanya instan semua itu butuh proses dan kerja keras yang sangat gigih. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun