Kegiatan literasi keuangan dapat dimulai dari rumah (keluarga) seperti memperkenalkan kepada anak kegiatan yang menghasilkan uang dengan berdagang, membiasakan dan memberi contoh mengelola uang, menabung di celengan dan lain-lain. Di lingkungan sekolah sebagai tempat menimba ilmu, anak dapat diberikan pemahaman tentang membelanjakan apakah untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan, mengajarkan anak cara berjualan (barang dan jasa), mengajarkan untuk mencatat ketika akan membeli barang di pasar (tradisional dan swalayan), mengajarkan untuk membandingkan harga, memeriksa struk belanjaan, melakukan kunjungan ke bank, dan lain-lain.
Literasi keuangan penting dilakukan sejak dini karena membantu dalam memberikan pemahaman (awal) tentang mengelola keuangan. Bagi generasi milenial, pemahaman literasi keuangan membawa dampak pada tumbuhnya Critical economic players yang semakin berkualitas sekaligus kuantitas, meningkatknya literasi keuangan yang menurut index tahun 2022 masih di bawah 50%, tumbuhnya kesadaran mengelola keuangan (di antara menghabiskan uang untuk kesenangan atau menabung atau investasi) dan tumbuhnya kewaspadaan (kehati-hatian) melakukan sesuatu (tindakan ilegal).
Terdapat 4 (empat) tingkatan dalam index literasi keuangan, yaitu belum baik (not literate), kurang baik (less literate), cukup baik (sufficient literate), dan sangat baik (well literate). Diposisi manakah literasi kita saat ini?apakah sudah mengarah pada tingkatan tertinggi yaitu “sangat baik”? Harapannya tentu yang terbaik. Smoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H