Kampus merupakan tempat untuk mendidik sekaligus menghasilkan generasi berkualitas. Pemilihan kampus yang baik, tidak semata-mata karena bangunannya bagus, megah juga mutu dan pembentukan karakter. Mutu dan karakter yang baik dapat membawa lulusannya menjadi pribadi yang handal selain profesional. Siswa/i SMA Muhammadiyah 1 Depok perlu membekali diri dengan pengetahuan berupa SDM yang bagus dan dibutuhkan, dapat memanfaatkan teknologi komunikasi beserta sarana prasarananya untuk kepentingan peningkatan diri serta membuka keingintahuan literasi keuangan agar dapat mengelola keuangan dengan tepat. Masa depan dimulai dari sekarang. Masa depan diawal dari tindakan saat ini. Semakin dini dirancang, semakin siap menghadapi tantangan.
SMA Muhammadiyah 1 Depok berlokasi di Depok, Jawa Barat adalah target tim PKM ini untuk memperkenalkan bagaimana Pelatihan Manajemen, Teknologi Komunikasi dan Literasi Keuangan Bagi Siswa-Siswi SMA/SMA. Bisa dikatakan bahwa siswa siswi SMA Muhammadiyah 1 Depok akan menghadapi tantangan persoalan yang bagi siswa/i akhir semester khususnya SMA Muhammadiyah 1 Depok setelah lulus dari pendidikan menengah dan masuk dunia kampus atau dunia kerja.
Lingkungan merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap suatu objek. Lingkungan dalam kegiatan ini adalah lingkungan perguruan tinggi. Siswa merasa bahwa lingkungan perguruan tingginya mampu mendukung untuk meningkatkan minat melanjutkan karirnya. Lembaga pendidikan atau perguruan tinggi yang baik mutunya, akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku kehidupan anak dan pola pikirnya dalam menghadapi karier. Selain itu pengenalan terhadap dasar dasar ilmu manajemen sumber daya manusia juga bisa menjadi dasar pengetahuan dalam mengahadapi masa depan.
Pada sisi lain, siswa/i SMA Muhammadiyah 1 Depok hidup pada suatu era yang serba cepat dan digitalisasi. Suatu era yang menuntut kecepatan beraktivitas untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan sesuai kemauan dan kebutuhan. Suatu jaman semua informasi sudah tersedia, baik yang terpercaya maupun yang sekedar hiburan bahkan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan (hoax). Untuk itu prinsip hati-hati sekaligus tabayun dalam memilah informasi menjadi penting sebagai bekal siswa/i agar mengetahui informasi yang berguna (bermanfaat) dan sebaliknya.
Pendidikan merupakan cara melihat dunia berdasarkan apa yang kita baca dan pahami. Pendidikan menjadi satu hal yang harus diperjuangkan agar kita dapat menjadi apa yang kita lakukan saat ini. Pendidikan bukan hanya kunci kemajuan zaman akan tetapi juga peradaban yang di cita-citakan di masa depan.
Jenjang pendidikan sudah disusun berdasarkan penalaran yang dimiliki siswa. Mulai dari SD, SMP, SMA/SMA dan jenjang yang lebih tinggi dengan logika yang makin berlevel tiap tingkatannya. Misal Jenjang SMP mulai terasah daya nalar dan pemikirannya berkembang walau perilaku mainnya masih ada. Jenjang SMA penalarannya lebih “matang” dibanding SMP.
SMA dan perguruan tinggi itu berbeda. Untuk itu, perlu kiranya dikenalkan perguruan tinggi. Bagi siswa/i SMA, sistem pembelajaran sudah paten dan semua sama pelajarannya (paket), waktu belajarnya dari pagi sampai sore dan sikap dalam belajar (cenderung) pasif. Beda dengan mahasiswa perguruan tinggi dimana bisa memilih mata kuliah sesuai keinginan, waktu belajar lebih fleksibel yakni tergantu mata kuliah yang diambil serta aktif.
Beda sebutan/istilah akan dijumpai saat SMA dan kuliah. Ketika SMA tentu nama SMA/SMK dan jurusannya. Saat kuliah sebutan yang sering muncul yaitu nama universitas, fakultas dan program studi (prodi). Lebih lanjut untuk perguruan tinggi akan familiar akan sebutan beasiswa, menentukan jangka waktu kuliah, KKN dan PKL, Orientasi studi dan pengenalan kampus, uang kuliah tunggal (UKT) per semester, Satuan Kredit Semester (SKS), Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), Skripsi atau tugas akhir, Unit kegiatan mahasiswa (UKM) dan Wisuda.
Kampus diyakini sebagai tempat untuk menerpa calon SDM berkualitas. Perguruan tinggi tidak hanya membekali mahasiswa dengan ilmu (hardskill) tetapi juga melatih mahasiswa secara softskill. Pada sisi hardskill, Mahasiswa mampu menyerap materi-materi pembelajaran sesuai dengan ilmu yang ditekuni. Untuk softskill, mahasiswa mampu dan dapat berbuat jujur, berpikir kritis, beradaptasi, melatih kepemimpinan, bersikap positif, kerjasama tim, kemampuan komunikasi, berinovasi, berkreasi, dan lain-lain. Dengan bekal hardskill dan softskill, diharapkan menjadi SDM yang bagus dan memenuhi kriteria sebagai SDM yang dibutuhkan dunia kerja.
Pembekalan SDM harus dibarengi dengan pengetahuan lain seperti literasi keuangan juga pemanfaatan teknologi komunikasi sebagai cara untuk “mematangkan diri” guna memenuhi unsur “trampil”. Literasi keuangan dipandang sebagai pengelolaan pendapatan untuk disimpan (ditabung atau diinvestasikan), dibelanjakan dengan bijaksana dan dibagi kepada orang lain yang membutuhkan. Siswa/i SMA Muhammadiyah 1 Depok masih “gagap” dengan literasi keuangan. Padahal, mungkin saja mereka sudah melaksanakan akan tetapi tidak mengetahui istilah tersebut. Terbukti bahwa cukup banyak dari siswa/i tersebut yang sudah menabung dengan memanfaatkan sedikit uang jajan yang diterima dari orang tua.