Rita Kurnia Wati
            Mahasiswa IAIN Samarinda
Siapa yang tidak menyukai perdamaian? Tidakkah semua orang membenci kekerasan, kebencian, ketidakdamaian dan juga ketidakadilan? Menurut saya semua orang pasti menyukai akan sebuah perdamaian. Tentu saja bagi kita para kaum milenial memiliki kekuatan yang luar biasa dalam membangun sebuah perdamaian. Perdamaian di dunia atau dalam sebuah Negara bukan hanya menjadi tugas pemerintah negera itu saja. Akan tetapi, generasi muda atau kaum milenial pun turut memiliki peran penting dalam menciptakan perdamainan. Perdamaian dunia sangatlah penting.Â
Ada sebuah artikel yang saya baca bahwa ada Negara yang melakukan pertemuan dalam Konferensi Pemuda Internasional untuk mendukung penuh peran kaum milenials dalam perdamaian dunia. Pentingnya peran kaum milenials ini ditunjukkan dengan adanya data bahwa jumlah pemuda pemudi jauh lebih banyak daripada sebelumnya. Tak salah jika kelangsungan dan majunya sebuah Negara tergantung pada pemudanya.Â
Ditahun 2017, berdasarkan The World Demographics Profile 2017, populasi manusia dalam rentang usia diperkirakan mencapai 1,18 miliar jiwa. Jumlah itu mewakili 16,16% populasi manusia di dunia. Sayangnya, 600 juta anak muda tinggal dalam kondisi rapuh dan sedang dilanda permasalahan atau konflik. Sedangkan, lebih dari 24 juta anak muda tidak bersekolah. Padahal peran mereka sangatlah penting untuk menjaga perdamaian dunia. Sebab itulah kita sebagai kaum muda milenial harus mengambil peran untuk menyelamatkan mereka dan menjaga perdamaian dunia. Meski tak secara langsung berada di samping mereka, setidaknya, kita dapat berperan dimanapun kita berada.Â
Dengan demikian daya kreatifitas kita akan semakin tersalurkan dengan baik menjadi modal yang sangat berharga, tentu saja itu harus dibarengi dengan nilai-nilai moral dan sebuah inovasi yang menjadikan modal untuk menciptakan pemimpin-pemimpin dimasa yang akan datang. Berkembangnya teknologi ini semakin banyak kesempatan bagi kaum millenial untuk berkarya bagi negeri yang kiat terbuka ini, namun disatu ada celah penyebab merosotnya kualitas dan moral kaum millennial. Jadi pandai-pandai lah dalam memanfaatkan kesempatan emas ini untuk dapat kita gunakan dalam mewujudkan perdamaian dunia.Â
Didalam buku yang saya baca yaitu ciptaan Mirza Masroor Ahmad yang berjudul "Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian" mengungkapkan bahwa menuju perdamaian dunia sangat membutuhkan kaum muslimin sangat berperan penting didalamnya. Dalam Al-Qur'an telah dijelaskan dalam (QS. Al-Maidah: 9) yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri teguh karena Allah, menjadi saksi dengan adil; dan janganlah kebencian muncul kepada  suatu kaum untuk mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil, itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas apa yang kamu kerjakan. Inilah sebuat kutipan dalam ayat Al-Qur'an yaitu ajaran untuk menegakkan perdamaian dalam sebuah Negara maupun dunia. Dan janganlah pernah untuk meninggalkan sebuah keadilan bahkan kepada seorang musuh sekalipun.Â
Meskipun ajaran ini mengenai Islam, namun dengan mengikuti prinsip ini, dasar sebuah perdamaian dapat diterapkan. Tidak heran jika banyak sekali upaya yang dilakukan untuk melemahkan umat Islam serta mempropagandakan citra Islam dalam agar terlihat jahat, ekstrim, bahkan dicap sebagai teroris, sehingga melahirkan sebuh pemikiran yang disebut Islamphobia. Dan akibat nya banyak sekali Negara yang semakin mencurigai kaum komunis Islam terutama di Negara-negara Barat dan Negara yang minoritas penduduknya adalah seorang Muslim.Â
Jumlah populasi umat Muslim di dunia hingga tahun 2017 yaitu mencapai lebih dari 1,7 miliyar jiwa, yang didominasi oleh kaum milenialnya. Itu berartri bahwa, seorang Muslim mempunyai peran strategis dalam berpartisipasi dalam menyebarkan perdamaian di penjuru dunia, ada 4 poin penting yang harus ditempuh umat Islam untuk bisa menjadi agen perdamaian. Yang pertama, memiliki sifat damai yang sudah muncul di akal dan di hati sejak kecil. Faktor kepribadian sangat lah menentukan bagaimana ekspresi sikap dan perbuatah seseorang. Dengan kata lain, konflik harus segera selesai.Â
Kedua, mempunyai kesadaran secara kolektif sebagai seorang Muslim, baik itu dalam lingkungan ormas atau ruang lingkup aliran, bahwa untuk menegakkan perdamaian adalah kewajiban bersama. Sedangkan pembangunan dan keamanan tidak dapat kita diperoleh melalui jalan peperangan. Sehingga keragaman dan kepercayaan masyarakat haruslah terus dirawat dan dikeloka dengan baik, dan bukan untuk dipertentangkan. Hal ini memerlukan peran seorang tokoh agama agar mampu mengendalikan dan menegakkan jamaahnya saat muncul sebuah konflik.Â
Ketiga, mentransformasikan nilai dan ajaran perdamaian Islam melalui kebijakan dengan cara yang strategis. Ini sangat lah penting, apalagi pemerintah yang semala ini terlibat dalam berbagai macam konflik dan peperangan, entah itu sebuah perang tetangga maupun perang antar Negara tetangga. Sehingga pemimpin Negara tidak dapat dengan mudah menentukan sebuah peperangan, namun selalu mengupayakan adanya perundingan agar tidak terjadi angkat senjata ataupun pertumpahan darah.Â