Mohon tunggu...
R. Bulan
R. Bulan Mohon Tunggu... Dosen - a.k.a. BuLan

Hidup, menulis takdir.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selepas Hujan Bulan Juni

22 Juli 2020   23:52 Diperbarui: 23 Juli 2020   00:01 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

: Sapardi Djoko Damono

di tengah hutan yang sedang kelabu

seekor burung kecil kedinginan bertengger sejak pagi

tertunduk menyimpan parau

dalam kicau yang tak mampu membendung pilu

di kakinya dahan bebungaan pohon tersedu

mengeja kembali bait-bait puisi 

yang pernah melukis pelangi

pada langit-langit musim yang biru

nanti, setiap kali akarnya kering oleh waktu

lembar demi lembar dedaunan akan luruh

menyuarakan apa saja

yang tak bisa kau dengar dari hatimu

di antara semua yang akan kita kenang

puisi menjadi rindu paling abadi

yang tak ingin dilepaskannya lagi

kini dan nanti

/Polewali Mandar, 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun