Â
Pada suatu malam, di sebuah tempat yang bukan kerajaan, aku berjalan menyusuri ruas kota Jakarta. Earphone terpasang di telingaku, dan alunan lagu merdu aku dengarkan sembari menenteng makanan yang aku beli dari restoran cepat saji di mall tempatku bekerja, untuk menu makan malamku.Â
Aku berjalan sambil menggerutu, karena lelah seharian bekerja dan menerima banyak keluhan dari orang sekitar. Berharap ingin cepat sampai kosan dan menyantap makanan.Â
Di tengah perjalanan, hujan turun, aku terpaksa mencari tempat berteduh di dekat tenda warung pinggir jalan untuk mengeluarkan payung agar bisa melanjutkan perjalanan, lalu mataku tertuju pada sosok lelaki tua yang duduk di pinggir trotoar di bawah rintik hujan dengan pakaian tak layak pakai, wajah kusam, tangan yang memegang perut seperti memberi tahu semua manusia yang lalu lalang bahwa ia sedang kelaparan, serta ada baskom kecil di depannya, berharap orang yang lewat akan memberinya sedikit uang untuk bertahan hidup.
Namun, sayangnya, tidak ada satu mata pun dari orang-orang berpakaian rapi yang sekedar melirikkan matanya. Mereka sibuk berlarian mencari tempat berteduh untuk dirinya sendiri.Â
Tiba-tiba hatiku seperti tertancap pisau tajam yang dapat membunuh hanya dalam satu sayatan. Tidak ada hal yang lebih menyakitkan dari pada melihat keegoisan manusia terhadap manusia lain yang membutuhkan.
Aku sedikit menitikkan air mata, lalu aku dapati lelaki tua itu melihatku yang sedang memandang ke arahnya, dan di matanya aku melihat sebuah harapan.Â
Tanpa pikir panjang, aku langsung memberikan makanan yang rencananya akan ku makan sambil nonton film favoritku, untuk menghilangkan rasa penat.Â
Tak lupa aku sisihkan sedikit uang makan harianku untuk kuletakkan di baskom kecil miliknya. Senyum seketika mengembang di wajah lelaki tua tersebut, dan ia mengucapkan terima kasih yang tiada hentinya.
Aku melanjutkan perjalanan ke kosanku yang tinggal tersisa beberapa langkah lagi. Aku berjalan dengan perasaan bangga, dan semua lelah yang ku keluhkan di awal, seketika larut bersama air hujan yang turun. Rencana makan malam dengan makanan favorit pun harus kugantikan dengan nasi warteg yang hanya tersisa lauk orek tempe dan telur dadar. Alhamdulillah.