Mohon tunggu...
Rita Agustin
Rita Agustin Mohon Tunggu... Administrasi - A Girl Who Loves Flower, Rain, and A Cup of Tea

"The best investment you can make is an investment in yourself. The more you learn, the more you will earn." - Warren Buffet

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menyambut Kematian Penuh Damai

6 Mei 2020   08:22 Diperbarui: 6 Mei 2020   08:43 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah terlintas dalam pikiran kita bagaimana nanti kita akan meninggalkan dunia ini? Apa yang telah kita berikan untuk orang-orang tersayang dan warisan apa yang kita tinggalkan untuk dunia?

Kematian kerap kali menjadi pembahasan yang dihindari banyak orang. Kita bahkan merasa risih untuk membahas hal yang pasti tersebut. Kematian memang suatu hal yang  akan dialami oleh semua makhluk hidup. Seperti kata seorang Buddha bahwa "kehidupan tidak pasti, namun kematian itu pasti".

Namun, pernahkah kita berpikir apa sebenarnya makna kematian itu sendiri? Apa tujuan adanya kita di dunia ini kalau pada ujungnya pun kita akan mati?

Seorang penderita ALS (Sindrom Lou Gehrig), Jack, dalam buku "The Five Secrets You Must Discover Before You Die" karangan John Izzo berbicara mengenai hakikat mati dengan damai.

Jack mengatakan bahwa mati dengan damai artinya menyambut maut dengan tidak berkeluh kesah, tetap bersemangat, dan menunjukkan kepada mereka yang masih hidup bahwa kematian sungguh tidak perlu dikhawatirkan sebab ia adalah bagian dari kehidupan. 

Itulah kenangan paling indah yang bisa kita berikan. Pengaruh terakhir yang bisa kita berikan kepada orang lain adalah cara dan sikap kita dalam menghadapi kematian.

Ketidakpastian akan datangnya maut memang menjadi momok yang mengerikan bagi Sebagian orang, namun tidak untuk orang yang hidup dengan bijak. Hidup dengan bijak berarti sepenuhnya sadar bahwa ia sedang menjalani kehidupan yang akan berujung pada kematian.

Mengatasi kematian dengan bersikap bijak sangat diperlukan agar kita dapat mempersembahkan sesuatu yang lebih berarti dalam hidup. John Izzo membahas mengenai rahasia sebelum mati yang ia simpulkan dari hasil wawancaranya terhadap 200 orang berusia 60 tahun ke atas.

1. Jujurlah pada diri sendiri

Dalam menjalani kehidupan, kita sering dihadapkan berbagai macam persoalan dari yang mudah hingga rumit. Sebagian bisa bertahan dengan persoalan yang rumit, Sebagian bahkan sudah menyerah sebelum mendapati persoalan yang mudah. 

Kita sibuk menghabiskan waktu seumur hidup untuk melakukan suatu hal, namun kelak kita sadar bahwa yang kita lakukan bukanlah suatu tujuan utama dalam hidup. 

Tekanan dan pengaruh dari luar menjadi faktor yang membuat kita terkadang melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan. Dengan kata lain, kita membohongi diri sendiri.

Bersikap jujur terhadap diri sendiri merupakan cara yang bisa kita lakukan untuk menemukan makna kehidupan. Sekarang pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana untuk dapat jujur dengan diri sendiri? Jawabannya adalah hidup dengan suatu tujuan. Kita perlu menanyakan tiga pertanyaan mendasar untuk diri sendiri:

- Sudahkah kita mengikuti kata hati?

- Sudahkah kita terfokus pada hal-hal yang penting bagi kita?

- Sudahkah kita menjadi sosok yang kita inginkan?

Tentukanlah tujuan hidup dan prinsip untuk kita sendiri sebelum orang lain yang menentukan. Karena ketika suatu saat kita kehilangan arah dalam kehidupan, maka ke arah tujuan hidup-lah kita akan kembali.

2. Jangan ada penyesalan

Bayangkan kita sudah tidak berdaya, terbaring di kasur rumah sakit menunggu malaikat maut datang menjemput, sambil memikirkan banyak hal yang belum sempat kita lakukan. Bukankah sangat menyedihkan membayangkan diri kita terbelenggu oleh penyesalan yang datang di akhir hayat?

Di waktu yang kita miliki sekarang, tanamkan ke dalam diri bahwa jangan takut untuk gagal karena mencoba, namun takutlah karena tidak berani untuk mengambil risiko. Ketakukan kita akan risiko yang ada, hanya akan mendatangkan penyesalan di kemudian hari.

3. Berilah lebih banyak dari yang kita dapatkan

Martin Luther King, Jr. pernah berkata bahwa seorang manusia belum pantas disebut hidup kalau ia belum mampu melepaskan diri dari kepompong egonya dan mulai memikirkan kepentingan umat manusia. 

Mendapatkan hal baik memang menyenangkan, namun bukankah lebih menyenangkan lagi jika bisa memberikan sesuatu dalam hidup? Memberi itu bagaikan kurir yang mengantarkan senyuman dan mesin pencetak kebahagiaan.

 Memberi membuat kita sadar bahwa sesungguhnya kita adalah seorang pembawa perubahan. Perubahan dalam hidup orang lain yang tanpa kita sadari perubahan yang kita bawa itu menjadi obat bagi keputusasaan. Kita sangat dapat menentukan seberapa banyak kita akan memberi dari pada menentukan seberapa banyak yang akan kita dapat.

Meninggalkan dunia dengan keadaan damai sejatinya menjadi impian semua orang. Mungkin seumur hidup kita tidak akan pernah merasa cukup untuk menyambut kematian yang damai, namun dengan menjalani hidup yang penuh makna, maka penyesalan tidak akan menghantui kita di detik terakhir nafas berhembus. 

Jalanilah hidup dengan sepenuh hati dan memiliki kesadaran bahwa kita tidak punya daya dan upaya untuk mengubah masa lalu. Masa depan yang kita impikan juga belum tentu akan datang. Maka hal yang dapat kita lakukan adalah dengan menjalani hari ini dengan penuh semangat, penuh tujuan, dan hasrat untuk terus membawa perubahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun