Mohon tunggu...
rita haryanti
rita haryanti Mohon Tunggu... Dokter - Penulis adalah seorang ibu rumah tangga dan bekerja sebagai dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (SpKFR) di sebuah rumah sakit di Bekasi.

Penulis adalah ibu rumah tangga yang bekerja sebagai dokter dan senang dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasa Hati

19 Mei 2023   09:46 Diperbarui: 24 Mei 2023   06:12 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Winda merencanakan untuk meminta cerai esok hari. Ia menulis semua unek-uneknya di catatan telepon genggam yang akan ia kirim esok sepulang mengajar.

Winda tidak berani mengutarakan keinginannya untuk bercerai secara lisan. Ia merasa tidak mampu menghadapi kemarahan Didy bila ia mengutarakan secara lisan.

Setelah pesan permintaan cerai terkirim esok hari, Winda dan Fira akan pulang ke rumah adik  Winda, Dafa. Rumah Dafa dekat dengan sekolah. Baru selanjutnya ia akan meminta Didy untuk pergi dari rumah pemberian ibu.

Hari itu hati Winda berdebar lebih cepat. Ia meninggalkan rumah bersama Fira saat Didy masih tertidur lelap. Ya, Didy terbiasa bangun siang, sementara Winda dan Fira harus berangkat pagi sekali untuk mencapai sekolah.

Winda tentu saja tidak memberitahukan rencana perceraiannya pada Fira.

Selama mengajar hati Winda bimbang. Benarkah keputusan yang akan diambilnya? Bercerai, kata yang sebenarnya membuat Winda trauma. Trauma karena ayah ibunya dahulu juga bercerai. Ia telah merasakan pahitnya perceraian. Haruskah Fira mengalaminya juga? Namun di sisi lain Didy telah melukai hati Winda begitu dalam.

Dalam kebimbangan tiba-tiba ia menerima telepon yang mengejutkan.

Tangan Winda gemetar dan badannya lemas saat mendengar kabar di ujung telepon. Didy kecelakaan!

Winda menatap kertas yang harus ditandatanganinya dengan mata berkunang-kunang. Perlahan ia bubuhkan tanda tangan tanda persetujuan tindakan operasi pada Didy. Tulang kaki kiri Didy remuk terlindas mobil.

Selesai menandatangani tanda persetujuan Winda kembali menghampiri Didy yang terbaring lemah. Ia akan dibawa ke ruang operasi.

“Winda, Winda….” Didy mengerang lemah, tangannya ingin menggenggam tangan sang istri. Namun jemarinya tidak cukup kuat menggenggam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun