Mohon tunggu...
A Rita
A Rita Mohon Tunggu... -

Seorang sekretaris yang nggak seksi,\r\ningin nampang dan terkenal tapi minder,\r\ningin tenar tapi nggak lovable enough,\r\nseorang pemimpi sejati yang terus mencari jalan untuk meraih mimpinya,\r\n\r\ndan seorang Putri yang menginginkan cinta sejati,\r\n\r\nsekaligus spesialis cerita sedih dan mellow\r\n\r\nread my stories in\r\nkaryacinta-rita.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] Di Penghujung Senja

10 November 2015   19:47 Diperbarui: 10 November 2015   19:47 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Tapi, sebenarnya ini bukan masalah tentang pribumi dan Tionghwa. Ini hanyalah tentang perasaanku. Karena aku tidak suka berada di keramaian dan kampus ini mahasiswanya tidak sebanyak di kampus-kampus lain. Suasananya lebih tenang dan kelas pun terasa agak santai. Lagipula, aku tidak suka berpetualang, kurang pandai bergaul, monoton, berbeda dengan Attar –sahabatku sejak masuk kuliah.

Muhammad Attar, nama lengkapnya, bergabung dengan kelompok mahasiswa pecinta alam. Saat liburan, ia akan pergi mendaki gunung, atau tempat-tempat yang berada di ketinggian. Dia juga punya program sosial seperti mengajar anak jalanan, menghimpun dana  untuk panti asuhan dan panti jompo, ikut kegiatan ke-Palang Merah-an, belum lagi organisasi mahasiswa di kampus.

Attar  membagi banyak hal denganku lewat cerita-ceritanya ketika berkemah di satu tempat. Dia bercerita dengan penuh semangat sambil sesekali berkata ‘Rugi kamu kalau belum pernah ke sana. Sumatera Barat ini indah!’. Aku hanya tersenyum, karena terlahir di sini tentu aku lebih ingin melihat keluar dari provinsi ini. Berbeda dengan Attar, dia tidak berasal dari Padang walaupun ayahnya adalah orang Minang. Ibunya orang Sunda dan kedua orang tuanya sudah lama menetap di Bandung. Satu-satunya hal yang membuat Attar tinggal di sini adalah keindahan alam negeri ini. Aku harusnya merasa bangga, tapi Attar tidak akan mengerti bahwa sebenarnya aku terkungkung. Aku tak pernah menghayati keindahan tempat-tempat yang pernah kudatangi, aku malahan berpikir suatu hari nanti aku ingin merantau.

Sebenarnya, tidak ada yang istimewa dari sosok Attar. Dia hanya bertubuh tinggi dan agak kurus dengan kulit sawo matang. Rambutnya ikal dan berombak juga agak gondrong dengan poni menutup sedikit dahinya. Kulitnya kecoklatan. Bila ke kampus, ia biasa mengenakan jeans dan kemeja lengan panjang, dengan motif kotak-kotak atau kaos berkerah wana gelap. Dia tidak terlalu tampan jika dibandingkan dengan beberapa don juan kampus yang sukanya berganti-ganti pacar. Tapi, bagiku, orang yang disegani oleh banyak teman, adalah seorang pribadi yang menarik. Walaupun, kekasihnya seorang gadis pesolek dan manja, ia seolah tampak bisa mengatasinya.

“Attar!” Asha muncul entah dari mana menghampiri mereka. Ia terlihat sangat senang hari ini. "Hai, Zuri!” sapanya sebelum mata indahnya memaku Attar yang sekarang mengalihkan semua perhatiannya dari sosok yang jadi tak terlihat di depannya.

Aku melirik jam tangannya, hampir jam satu siang. “Attar, aku lupa punya urusan penting," katanya.

 “Eh…," Attar malah kelihatan bingung, saat tiba-tiba aku langsung berlalu dari hadapannya.

Mungkin inilah yang membuat Attar tidak menyukaiku. Aku orang yang membosankan, berbeda dengan gadis manis itu. Dia begitu pandai menyenangkan hati orang dengan tingkah dan cara bicaranya yang lemah lembut. Seperti satu bungkusan lengkap dengan wajah yang rupawan pula. Lelaki mana yang tidak jatuh hati pada gadis seperti Asha di saat ia pun juga punya hati pada orang itu?

***

Padang, 21 April 2007…

Kata-katanya tidak adil. ‘Saat yang lain berusaha untuk menarik perhatian dengan dandanan atau penampilan, kamu lebih apa adanya. Karena kamu nyaman dengan itu. Tidak perlu harus jadi orang lain untuk membuat kesan baik. Kamu adalah kamu’, begitu katanya. Tapi, jika dia begitu memiliki kesan yang baik kepadaku, kenapa dia tidak bisa menyukaiku? Apa terlihat bagus di depan orang yang disukai pun tidak menjamin perasaan akan terbalas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun