Mohon tunggu...
Risyda Dzulfa
Risyda Dzulfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pintar, rajin, baik hati

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kegiatan Widya Wisata Anak SD ke Desa Pengrajin Rotan Guna Melestarikan Seni Anyaman

8 November 2024   21:26 Diperbarui: 8 November 2024   21:51 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KEGIATAN WIDYA WISATA ANAK SD KE DESA PENGRAJIN ROTAN GUNA MELESTARIKAN SENI ANYAMAN

Oleh: Risyda Dzul Fadlilah1, Muhammad Nofan Zulfahmi2

Email: 221330001144@unisnu.ac.id1, nofan@unisnu.ac.id2  

Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, Indonesia

Kegiatan widya wisata yang dilakukan oleh anak-anak SD ke Desa Pengrajin Rotan memiliki tujuan penting dalam melestarikan seni anyaman, yang merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman belajar yang unik, tetapi juga mengedukasi anak-anak tentang pentingnya melestarikan tradisi lokal. Menurut Arief dan Supriyadi (2021), keterlibatan langsung dalam kegiatan budaya seperti ini dapat meningkatkan rasa cinta anak terhadap warisan budaya yang ada di Indonesia.

Desa Pengrajin Rotan dikenal sebagai pusat pembuatan kerajinan rotan, di mana berbagai produk anyaman dihasilkan. Salah satu desa penghasil rotan di Jepara yakni desa Teluk Wetan yang terletak di Kecamatan Welahan. Sebagian besar warga di desa Teluk Wetan adalah pengrajin rotan, tetapi ada juga yang bekerja sebagai penjahit.

 Perekonomian di desa Teluk Wetan terbilang sudah baik karena banyak warga yang memiliki usaha kerajinan rotan dan juga sebagian warganya bekerja di tempat usaha-usaha tersebut. 

Namun, ada juga yang bekerja sebagai buruh pabrik di pabrik garmen. Seperti kebanyakan masyarakat yang baru lulus dari SMA langsung bekerja di pabrik Garmen, jadi mayoritas pengrajin di desa Teluk Wetan berusia sekitar 35-55 tahun. Dalam kegiatan ini, siswa diajak untuk mengamati secara langsung proses pembuatan anyaman rotan, mulai dari pemilihan bahan baku hingga teknik anyaman.

Sari dan Gunawan (2020) mengungkapkan bahwa pengalaman langsung ini memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang keterampilan dan kreativitas yang diperlukan dalam menghasilkan produk kerajinan yang berkualitas. 

Melalui interaksi dengan para pengrajin, anak-anak tidak hanya belajar tentang teknik anyaman, tetapi juga mengenai sejarah dan makna seni ini. Hal ini penting untuk menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam seni anyaman. Nuryani (2019) mengemukakan bahwa pemahaman tentang budaya lokal akan memperkuat identitas budaya anak dan pentingnya melestarikannya. 

Pendapat ini diperkuat dengan undang-undang Pasal 28C ayat (1) UUD 1945: "setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia."

Kegiatan widya wisata ini juga bertujuan untuk membangkitkan minat anak-anak terhadap seni dan kerajinan tangan. Dengan melibatkan siswa dalam praktik langsung, mereka memiliki kesempatan untuk mencoba teknik-teknik anyaman yang telah diajarkan oleh para pengrajin. Aktivitas ini membantu meningkatkan keterampilan motorik halus dan kreativitas anak-anak, seperti yang diungkapkan oleh Fatmawati (2020), bahwa pengalaman praktis dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan inovasi.

Teori belajar kontruktivisme Menurut Piaget, proses pembelajaran melibatkan beberapa kegiatan seperti pengalaman nyata, interaksi sosial, dan kesadaran terhadap lingkungan (Mulyadi dan Risminawati, 2012:27 dalam Rahim & Syamsul Alam, 2023). Dalam rangka mendukung pelaksanaan konsep konstruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget, pembelajaran berbasis Widya Wisata dianggap cocok untuk diterapkan. Pembelajaran yang bermakna sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kegiatan ini dalam konteks pendidikan dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang lebih luas mengenai seni dan budaya lokal. Menurut Rahmawati (2022), pengalaman belajar di luar kelas seperti ini sangat berharga untuk membangun karakter dan rasa cinta tanah air pada siswa. Dengan menggabungkan pembelajaran teori dan praktik, siswa dapat lebih memahami dan menghargai seni anyaman rotan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun