Lambat laun malam pun tiba. Mempertimbangkan kondisi tubuh yang masih lelah dan ketidakramahan jalan lintas provinsi bagi pengendara motor di malam hari, saya memutuskan untuk menginap di rumah salah satu teman saya.
Malam berlalu, di pagi harinya kami melanjutkan eksplorasi menuju Bukit Pentulu Indah di bagian utara Kebumen. Berbekal kopi, kami berharap dapat menyeruput secangkir kopi sembari menikmati matahari terbit.Â
Tidak lupa kami berhenti sejenak membeli serabi bakar khas Kebumen  sebagai pengganjal perut di pagi hari. Kami pun berangkat dengan kantuk yang menyelimuti kepala.Â
Perjalanan ditempuh cukup jauh, melewati Jalan Karangsambung dengan jalur berkelok dan naik menuju ke atas bukit. Rasa kantuk mulai sembuh diobati oleh pemandangan persawahan dan perbukitan indah di sepanjang jalan.
Satu jam lebih tak terasa, akhirnya kami sampai ke Bukit Pentulu Indah. Untuk menuju ke atas bukit, kami harus berjalan naik sekitar 200 meter dari kawasan parkir.Â
Sedikit kecewa, matahari terbit telah berlalu karena tidak tepat waktu. Namun, pemandangan yang disuguhkan sangat indah. Lautan awan yang tidak terlalu pekat menyelimuti Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dari kejauhan.Â
Rasa kopi dan serabi hangat seakan lebih nikmat sembari mengagumi pemandangan di depan mata. Tidak lupa menyempatkan diri untuk menangkap pemandangan melalui lensa foto untuk konten media sosial. Cukup lama berada di sana, kami memutuskan untuk pulang sebelum terik matahari menyengat.Â
Dalam perjalanan, lapar tak terbendung, kami menyempatkan untuk menyantap Nasi Penggel. Makanan unik ini berupa nasi yang dibentuk membulat dengan lauk daun singkong dan jeroan sapi. Setelah rasa kenyang terpenuhi, kami kembali ke rumah.Â
Saya pun kembali ke Yogyakarta dan petualangan saya di Kebumen berakhir. Tidak buruk untuk mengisi waktu luang saya selama libur semester.Â
Walaupun sedikit melelahkan saat mengeksplorasi dari selatan hingga ke ujung utara Kebumen, perasaan itu dapat tertutupi dengan baik oleh keseruan yang saya alami dengan teman-teman.Â