Mas, sebentar lagi aku akan menikah dengan Mas Rudi, orang yang pernah aku ceritakan kepadamu. Orang yang sempat mengisi ruang hatiku sebelum mengenalmu lebih dalam. Aku menerimanya saat ia melamarku, mengingat umurku yang sudah saatnya berkeluarga. Jika aku tetap menunggumu, entah sampai kapan aku tetap melajang.
Mas, sebenarnya berat bagiku menulis surat ini. Namun, aku tak sanggup memendam hal ini lebih lama lagi. Dengan menulis ini aku harap aku bisa melepas bayangmu dari hatiku, dan menggantinya dengan suamiku kelak.
Maafkan aku yang baru bisa jujur padamu, yang mungkin seharusnya kulakukan sejak dahulu. Maafkan aku, Mas. Dan, kuharap kita tetap bersahabat seperti dulu, meski hanya dalam hati.
Dari sahabatmu. Aurora Marniasih.
Kudekap erat surat dari Marni di dadaku. Dan, tanpa terkontrol, kurasakan cairan hangat meleleh dari sudut kedua mataku.
***
Cerpen ini juga saya posting di SINI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H