Pancasila Sebagai Upaya Penguatan Identitas Manusia Indonesia di SMPN 1 Madiun
Â
Identitas manusia Indonesia merupakan hasil dari kompleksitas sejarah, budaya, dan nilai yang melekat dalam masyarakatnya. Salah satu upaya untuk memperkuat identitas ini dilakukan melalui proses pendidikan di sekolah, yang seharusnya menjadi tempat yang mendorong penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan serta nilai-nilai Pancasila.Â
Menurut analisis eksistensial, bangsa Indonesia adalah jati diri manusia yang menjunjung tinggi cita-cita bersama bangsa Indonesia, karena jati dirinya, maka penting bagi negara Indonesia untuk menjaga keutuhan dan persatuannya agar berbeda dengan bangsa lain dan layak mendapat pengakuan internasional (Luthfia & Dewi, 2021).
Pembelajaran di sekolah tidak hanya bertujuan untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk karakter dan identitas siswa sebagai warga negara yang baik. Melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), siswa diajak untuk memahami nilai-nilai dasar Pancasila seperti gotong royong, keadilan sosial, dan demokrasi.Â
Dengan mendalami makna-nilai tersebut, siswa diharapkan dapat menginternalisasi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik selayaknya mengajarkan pendidikan menyeluruh yang memasukkan beberapa aspek akidah dan tata moral (Suwartini, 2017). Sebagai pendidik harus mampu menjadikan perkataan dan tingkah laku anak didiknya di kelas menjadi baik yang pada akhirnya nanti akan tertanam pendidikan karakter yang baik dikelak kemudian hari.
Di berbagai sudut sekolah, tanda dan simbol yang menggambarkan kebhinekatunggalikaan terpampang dengan jelas. Mulai dari bendera merah-putih yang berkibar di halaman sekolah hingga lambang Pancasila yang terpasang di ruang kelas, semua mencerminkan upaya sekolah dalam memperkuat rasa nasionalisme dan kebangsaan. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di sekolah juga menjadi simbol integrasi dan persatuan di tengah keberagaman bahasa daerah yang ada.
Penghayatan nilai-nilai Pancasila juga tercermin dalam kegiatan di sekolah seperti upacara bendera, penggalangan dana untuk kegiatan sosial, dan diskusi kelompok tentang isu-isu sosial. Melalui interaksi langsung dengan nilai-nilai tersebut, siswa memiliki kesempatan untuk merasakan secara langsung makna kebhinekatunggalikaan dan keragaman yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.Â
Penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan serta nilai-nilai Pancasila di sekolah memiliki peran penting dalam memperkuat identitas manusia Indonesia. Melalui pendekatan yang kritis dan holistik terhadap proses pembelajaran, sekolah dapat menjadi agen yang efektif dalam membentuk karakter dan nilai-nilai yang sesuai dengan semangat bangsa
Sekolah merupakan lingkungan yang sarat dengan simbol dan tanda-tanda yang mencerminkan identitas dan nilai-nilai yang dipercayai oleh masyarakat. Dalam observasi kritis terhadap lingkungan sekolah di SMPN 1 Madiun, saya menemukan bahwa kebhinekatunggalikaan sering kali diwakili melalui simbol-simbol keberagaman budaya, seperti pakaian, gambar-gambar tradisional, dan kegiatan budaya yang diadakan secara rutin. Selain itu, tanda-tanda kebersamaan, seperti logo sekolah yang mencakup beragam elemen atau slogan-slogan yang menekankan persatuan, juga menjadi bagian integral dari ekosistem sekolah.
Berikut beberapa informasi yang saya peroleh dari hasil observasi:
Siswa siswa SMPN 1 Madiun menggunakan seragam batik setiap hari kamis. Begitu juga dengan Bapak/Ibu Guru serta karyawan di SMPN 1 Madiun. Penggunaan seragam batik ini merupakan bagian dari aksi nyata untuk melestarikan budaya yang ada di Indonesia. Sebagai bagian dari warga kota Madiun, tentu saja seragam yang digunakan disesuaikan dengan identitas dan siri khas dari daerah tersebut.
Kegiatan upacara bendera dilaksanakan setiap hari Senin dan pada peringatan hari besar nasional. Kegiatan upacara dilakukan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme, menghargai perjuangan para pahlawan serta bentuk kegiatan disiplin positif bagi peserta didik. Kegiatan tersebut juga sebagai penguatan profil pelajar pancasila dalam aspek "Berkebhinekaan"
Senam IPSI dilaksanakan secara rutin setiap hari Rabu sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan senam IPSI ini dilakukan sebagai bentuk pengenalan budaya yang ada di Madiun yakni "budaya silat". Selain itu, melalui senam IPSI diharapkan dapat menjadi bentuk pendidikan karakter bagi peserta didik dalam pentingnya memiliki kemampuan dalam melindungi diri sendiri maupun orang lain.
Kegiatan religius dilaksanakan setiap hari Jum'at disesuaikan dengan keyakinan masing-masing siswa. Untuk siswa yang beragama islam mengikuti kegiatan pembacaan asmaul husna, hafalan juz 30, dan doa bersama. Sedangkan agama non muslim diberikan pendampingan sendiri di ruangan yang berbeda. Kegiatan ini sesuai dengan dimensi dalam profil pelajar pancasila dalam aspek "Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia"
Dalam aspek "Bergotong Royong" diimplementasikan dalam kegiatan diskusi dalam proses pembelajaran, dalam penyusuan proyek P5, maupun kerja bakti dalam yang dilakukan di lingkungan sekolah. Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat membangun rasa kepedulian peserta didik kepada sesama serta menumbuhkan sikap disiplin positif dalam diri mereka.
Sedangkan dalam aspek "Berpikir Kritis dan Kreatif" peserta didik diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas melalui asesmen berupa produk yang dihasilkan oleh peserta didik dengan berbagai bentuk penyajian. Selain itu kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik juga dituangkan dalam kegiatan P5 yang diadakan setiap semester. Seperti misal pada kegiatan P5 di semester ganjil tahun 2023/2024 di SMPN 1 Madiun dengan luaran berupa majalah.
Dalam proses pembelajaran, penghayatan nilai-nilai Pancasila menjadi landasan utama yang harus ditanamkan pada setiap individu. Nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan sosial, demokrasi, dan lain-lain menjadi bagian penting dalam membentuk karakter dan identitas manusia Indonesia. Melalui kurikulum yang disusun berdasarkan Pancasila, pembelajaran tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan sikap dan nilai moral yang sesuai dengan semangat bangsa.
Penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan serta nilai-nilai Pancasila di sekolah memiliki dampak yang signifikan dalam memperkuat identitas manusia Indonesia. Melalui proses pembelajaran yang mengintegrasikan keberagaman budaya dan nilai-nilai Pancasila, generasi muda dapat memahami, menghargai, dan merayakan perbedaan sebagai kekayaan bangsa. Identitas nasional yang kuat dan inklusif dapat membentuk pondasi yang kokoh bagi masyarakat Indonesia dalam menghadapi tantangan global serta memperkuat rasa persatuan dan solidaritas di antara sesama warga negara.
Berdasarkan pengumpulan informasi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk identitas manusia Indonesia yang kuat dan inklusif. Melalui pengamatan terhadap tanda dan simbol yang ada di sekolah serta proses pembelajaran yang menguatkan penghayatan nilai-nilai Pancasila, siswa dapat lebih memahami dan menginternalisasi identitas bangsa mereka. Dengan demikian, mereka akan menjadi generasi penerus yang memiliki kesadaran akan keberagaman dan kesatuan dalam membangun bangsa yang maju dan harmonis.
Referensi:
Luthfia, R., & Dewi, D. (2021). Kajian Deskriptif tentang Identitas Nasional Untuk Integrasi Bangsa Indonesia. De Cive: Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 1-7.
Suwartini, S. (2017). Pendidikan karakter dan Pembangunan Sumber Daya Manusia Berkeelanjutan. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 220-234.
Utami, F. (2023). Implementasi Profil Pelajar Pancasila Sebagai Identitas Manusia Indonesia dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik SMAN 10 Palembang. Jurnal Pendidikan West Science, 72-77.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H