Meskipun gen memberikan kerangka dasar, lingkungan juga berperan sangat penting dalam membentuk perkembangan sosial-emosional. Interaksi antara gen dan lingkungan ini disebut epigenetika.
1. Pengasuhan: Cara orang tua atau pengasuh berinteraksi dengan anak dapat memodulasi ekspresi gen tertentu, sehingga mempengaruhi perkembangan sosial-emosional anak.
2. Pengalaman Hidup: Pengalaman hidup, baik positif maupun negatif, dapat mengubah cara kerja gen dan berdampak pada perkembangan jangka panjang.
3. Budaya: Nilai-nilai dan norma budaya juga membentuk cara kita memahami dan mengekspresikan emosi.
      Contoh Konkret:
-Anak dengan temperamen mudah marah: Anak dengan temperamen ini mungkin lebih rentan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya jika tidak mendapatkan dukungan yang tepat dari orang tua dan lingkungan.
-Anak dengan kecenderungan cemas: Anak dengan kecenderungan ini mungkin lebih rentan mengalami gangguan kecemasan jika mengalami peristiwa traumatis atau stres yang berkepanjangan.
Kesimpulan
Faktor genetik memainkan peran penting dalam perkembangan sosial-emosional, mempengaruhi berbagai aspek mulai dari temperamen hingga risiko gangguan mental. Namun, penting untuk diingat bahwa genetik bukanlah takdir. Interaksi kompleks antara gen dan lingkungan membentuk perkembangan sosial-emosional seseorang. Pemahaman yang lebih baik tentang peran genetik dapat membantu dalam merancang strategi yang lebih efektif untuk mendukung perkembangan sosial-emosional yang sehat pada setiap individu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H