2. Penjual Aksesoris
"Bat tinggi, bat tumo, bat tikus, kapur barus, tam...bange..plas...tik, pe..ni..ti". Itulah lirik legendaris yang mereka teriakkan dengan berjalan kaki keliling kampung.
Dilagukan ala rapper. Diucapkan cepat di awal kemudian menurun lambat pada akhir kalimat. Mereka berubah wujud bak seorang rapper yang tampil di atas panggung.
Obat pembasmi tinggi (tungau), obat pembersih tumo (kutu kepala), obat pembasmi tikus, kapur barus (kamper) dan tambang plastik jemuran serta peniti adalah icon dari barang dagangannya. Pedagang asongan ini membawa semua barang dagangan dalam wadah yang digantung di depan badan. Penuh, menjuntai seakan hampir tumpah. Tampilan mereka memang menarik, namun "lagu rap" merekalah yang menjadi penanda bagi konsumen jika mereka hadir.
Sayang, citra kegigihan yang sudah dirintis oleh pendahulunya, sekarang tercoreng dengan ulah penjual es krim "branded" yang menjajakan dagangan dengan menjual kegalauan. Berkeluh kesah dalam rekaman kaset kemudian menyuarakan keluh kesahnya berkeliling kampung. “Beli dong...beli dong, gua capek ngedorong “. Sebuah "teriakan minor” yang melemahkan semangat perjuangan menarik simpati.
Sudahlah pak! kalau memang capek mendorong, istirahat saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H