“Sini peluk ayah”
Nadi pun memeluk ayahnya sambil menangis kecil karena takut Ayahnya kenapa-napa.
“Nadi anak pintar, kesayangan Ayah jagain Ibu yaaa kalau Ayah kenapa-napa. Janji dulu ya sama Ayah gaboleh berantem sama Ibu sama Kakakmu juga”
“Kok gitu ngomongnya sih Yahh? Ayah gaboleh kemana-mana, kalau Ayah hilang dunia aku gimana?”
Sambil memeluk dengan erat, Nadi sama sekali tidak punya firasat buruk tentang ucapan yang baru saja mereka bicarakan. Hingga dia berangkat dan sekolah seperti biasanya, akan tetapi setelah aktivitasnya selesai dan langsung bergegas pulang dia mendapati sebuah bendera kuning terpasang didepan rumahnya dia hanya hanya bisa berdiri mematung dan bertanya-tanya maksud dari semua ini.
“Permisi Pak, ini siapa ya yang meninggal di rumah saya? Ayah Ibu saya baik-baik aja tadi pagi kok sekarang ada bendera ini di rumah saya? Bapak salah pasang bendera ya?
“Maaf ya nak, Ayahmu sudah tidak ada tadi jam 12 siang Ba’da Zuhur yang sabar ya nak”
Lemas sudah seluruh badan, gemetar, dan tidak sanggup lagi untuk menarik nafas Nadi bergegas lari menghampiri ayahnya yang kini sudah terbaring ditutupi kain putih.
“Ayahhhhhhhhhhhhhhhhh”
“Ayahhhhhhh, bangun cepetttttttt Nadi udah pulang ini Ayah bilang tadi mau ketemu Nadi lagi, gaada yang nyuruh Ayah tidur. Ayahhhhhhhhh”
Sambil menangis tak tertahankan kini gadis kecil itu hanya bisa memeluk ayahnya yang sudah tidak bisa berbicara padanya.