Belakangan fast fashion atau fesyen cepat menjadi isu yang hangat diperbincangkan berbagai kalangan di dunia, khususnya pelaku industri fashion dan pemerhati lingkungan. Bahkan tak sedikit pula para pemengaruh yang mengedukasi dan mengkampanyekan mengenai bahaya fast fashion ini. Sebenarnya apa itu fast fashion, seperti apa perkembangan dan apa dampak buruk yang sering digaungkan oleh banyak orang.
Fast fashion adalah konsep di mana pakaian dirancang, diproduksi, dan dijual dengan sangat cepat dan sering dengan harga yang lebih murah. Tujuannya adalah untuk mengikuti tren terbaru secepat mungkin dan membuat pakaian baru tersedia bagi konsumen hampir secepat mereka terlihat di runway atau dikenakan oleh selebriti.
Fast fashion memungkinkan konsumen untuk selalu mengikuti tren, tetapi penting juga untuk mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari kebiasaan belanja ini. Meskipun fast fashion menawarkan kemudahan dan aksesibilitas bagi konsumen, ia juga membawa dampak buruk yang signifikan dalam berbagai aspek.
Padahal, sewajarnya tren busana yang jadi patokan dan dibuat oleh para desainer dan brand biasanya berganti dua hingga kali dalam satu tahun. Namun, dalam fast fashion tren bisa berganti setiap bulan, bahkan sebulan dua kali. Promosi yang besar, pengenalan melalui media-media sosial menjadikan masyarakat terpengaruh dan ingin mengikuti. Sehingga menimbulkan perilaku konsumtif hingga fear or missing out/FOMO atau ketinggalan. Inilah yang mendorong fast fashion kian marak.
Inilah beberapa isu dan dampak buruk dari fast fashion yang perlu diketahui:
1. Dampak Lingkungan
Industri fast fashion adalah salah satu penyumbang polusi air terbesar di dunia. Pabrik tekstil seringkali membuang limbah beracun, termasuk pewarna dan bahan kimia, ke dalam sungai dan laut tanpa pengolahan yang memadai. Limbah ini dapat merusak ekosistem air dan membahayakan makhluk hidup.
Inilah Kenapa Mocha Mousse Dipilih Jadi Warna Tahun 2025
Fast fashion juga mendorong konsumerisme yang berlebihan, menghasilkan limbah pakaian yang sangat besar. Pakaian fast fashion seringkali terbuat dari bahan berkualitas rendah yang cepat rusak, sehingga konsumen lebih sering membuangnya. Limbah pakaian ini sering berakhir di tempat pembuangan akhir dan membutuhkan waktu yang lama untuk terurai.
Produksi pakaian dalam industri fast fashion membutuhkan banyak energi, terutama dari sumber bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi karbon tinggi. Proses produksi, distribusi, dan pembuangan pakaian secara keseluruhan menyumbang emisi gas rumah kaca yang signifikan.
2. Dampak Sosial
Pabrik-pabrik fast fashion seringkali berada di negara-negara berkembang dengan standar tenaga kerja yang rendah. Para pekerja di pabrik ini sering kali menerima upah yang sangat rendah, bekerja dalam kondisi yang tidak aman, dan menghadapi pelanggaran hak asasi manusia. Kasus-kasus seperti kebakaran pabrik dan runtuhnya bangunan pabrik menunjukkan betapa buruknya kondisi kerja dalam industri ini.
Industri fast fashion juga terkait dengan eksploitasi buruh anak di beberapa negara berkembang. Anak-anak sering kali dipaksa bekerja dalam kondisi berbahaya dan tidak menerima pendidikan yang layak. Hal ini melanggar hak anak dan berdampak negatif pada masa depan mereka.
3. Dampak Ekonomi
Fast fashion memprioritaskan produksi yang cepat dan murah, sehingga kualitas pakaian sering kali rendah. Ini berarti konsumen harus membeli pakaian lebih sering, yang pada akhirnya menghabiskan lebih banyak uang dalam jangka panjang. Selain itu, ketergantungan pada pakaian berkualitas rendah menciptakan siklus konsumsi yang tidak berkelanjutan.
Jadi Outfit Harian Emak-Emak, Bagaimana Sejarah Daster?
Kehadiran fast fashion juga mengancam industri pakaian lokal. Pakaian yang dijual dengan harga sangat murah membuat para perajin dan produsen lokal sulit bersaing. Hal ini dapat menyebabkan penutupan bisnis lokal dan hilangnya lapangan pekerjaan.
Ya, mungkin fast fashion menawarkan kemudahan dan tren mode terbaru dengan harga yang terjangkau, tetapi dampak buruknya terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi tidak dapat diabaikan.
Sebagai konsumen, penting untuk mempertimbangkan alternatif yang lebih berkelanjutan seperti membeli pakaian dari merek yang bertanggung jawab, mendukung produk lokal, dan mempraktikkan kebiasaan konsumsi yang lebih bijaksana. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI