Mohon tunggu...
Ris Sukarma
Ris Sukarma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan PNS

Pensiunan pegawai negeri, sekarang aktif dalam pengembangan teknologi tepat guna pengolahan air minum skala rumah tangga, membuat buku dan fotografi. Ingin berbagi dengan siapa saja dari berbagai profesi dan lintas generasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Iklan-iklan Air Kemasan yang Membingungkan

28 Oktober 2023   14:24 Diperbarui: 3 November 2023   08:08 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada umumnya air yang dihasilkan oleh unit produksi sudah layak minum, karena setelah diolah, dibubuhi lagi dengan larutan khlor sebagai desinfektan untuk menghilangkan bakteri. 

Masalahnya, air tersebut didistribusikan melalui pipa-pipa yang sudah tua dan bocor, sehingga setelah sampai ke rumah pelanggan, air kemungkinan tercemar dan sisa khlor sudah tidak ada lagi, sehingga air tidak layak minum. Saat ini, perbaikan dan perluasan jaringan pipa air minum di hampir semua kota mengalami stagnasi, utamanya karena terbatasnya pendanaan. 

Masih banyak yang perlu dibenahi, dan tantangannya menjadi semakin besar dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya pencemaran di badan-badan sungai yang menjadi sumber air PAM, dan perubahan iklim yang berdampak pada penyediaan air baku untuk air minum. 

Diperlukan terobosan dalam kebijakan yang "out of the box", misalnya penggabungan pengelola air minum dengan kepemilikan bersama, tanpa mengurangi kewenangan pemerintah daerah sebagai daerah otonom, sebagaimana Penulis usulkan dalam artikel ini:  Surat Terbuka Untuk Presiden Jokowi.

Bagaimanapun, semangat optimisme tetap harus dibangun, karena ketergantungan terhadap air kemasan akan semakin besar. Dengan segala keterbatasannya, air PAM masih layak digunakan untuk minum, setelah dimasak terlebih dahulu, atau diolah dengan pengolahan skala rumah tangga yang sekarang sudah banyak tersedia di pasaran, dengan harga yang terjangkau. 

Apabila ini kita lakukan serentak secara bersamaan, maka kita akan bisa menikmati air minum dari keran dengan harga terjangkau. Biaya yang kita keluarkan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga sehari-hari akan jauh lebih rendah. 

Bayangkan apabila kita membeli 1 galon air kemasan seharga 40 ribu rupiah misalnya, dengan harga yang sama kita akan mendapatkan lebih dari 200 galon air PAM, lebih dari cukup untuk minum, dan sisanya bisa untuk mandi, mencuci dan membersihkan rumah. 

Untuk minum, sebagaimana disampaikan diatas, air PAM sebaiknya dimasak dulu, atau diolah dengan pengolahan skala rumah tangga, misalnya saringan keramik atau biofilter. Penulis sendiri sudah lima belas tahun tidak lagi membeli air kemasan dan menggunakan air PAM untuk keperluan sehari-hari. Untuk minum Penulis menggunakan pengolahan air skala rumah tangga yang berfungsi dengan baik sampai sekarang.

Kata kuncinya adalah kepercayaan (trust). Apabila pengelola PAM bisa membangun kepercayaan masyarakat dengan kualitas pelayanan air minum yang prima, maka masyarakat akan mulai menyadari dan menghargai bahwa air adalah karunia Tuhan yang dapat diperoleh dengan mudah dan dengan harga yang wajar.

Purwakarta, 29 Oktober 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun