Tentu saja, karena akan sangat mahal untuk mengolahnya, meskipun secara teknis bisa. Tentu harus dicari sumber air yang tidak tercemar. Ditambahkan pula bahwa produknya dibuat tanpa tambahan zat berbahaya. Logika berfikir apa yang digunakan untuk mengatakan hal seperti itu. Siapa yang ingin meminum air yang mengandung zat berbahaya.
Jadi Penulis berkesimpulan bahwa iklan-iklan air kemasan tersebut tampaknya tidak mementingkan substansi. Apakah substansinya benar atau tidak, itu tidak relevan. Yang penting iklannya menarik, melibatkan pesohor yang berprofesi dokter atau dokter yang pesohor, sekilas tampak meyakinkan, dan ditayangkan berulang-ulang tanpa mempertimbangkan perasaan pemirsa yang terpaksa harus menonton iklan tersebut sampai habis, atau mematikan TV-nya.
Air merupakan kebutuhan dasar manusia, air minum adalah air yang memenuhi prinsip-prinsip 4K, yaitu: kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan. Apakah air kemasan telah memenuhi prinsip 4K? Untuk kualitas barangkali ya, meskipun hasil penelitian yang pernah dilakukan YLKI ditemukan kandungan bakteri yang bermasalah pada air kemasan, terlepas dari mereknya (YLKI, 2010).Â
Dari segi kuantitas, air kemasan hanya untuk air minum dan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan lainnya seperti memasak, membersihkan badan dan makanan yang akan dimasak, apalagi untuk membersihkan rumah.Â
Untuk kontinuitas, air kemasan tersedia kalau dibeli, jadi tidak tersedia secara otomatis. Sedangkan untuk keterjangkauan, harga air kemasan tidak realistis karena merupakan produk makanan dan minuman (F&B - food and beverages) yang digunakan hanya untuk keperluan dalam perjalanan atau keadaan darurat.
Terlepas dari faktor kemudahan dan lifestyle, penggunaan air kemasan memang mengundang kontroversi. Belum lagi kandungan Bisphenol-A (BPA) dalam plastik yang terbuat dari polikarbonat, yang disebutkan dapat mengganggu sistem reproduksi dan sistem kardiovaskular hingga gangguan perkembangan otak (BPOM, 2022), dan dampak botol plastik bekas terhadap lingkungan. Seperti kita ketahui, plastik adalah bahan polimer sintetik yang tidak dapat terurai (non-biodegradable). Botol plastik membutuhkan waktu 50 hingga 80 tahun untuk dapat terurai secara alami. Sayangnya, plastik bukannya terurai dan kembali ke alam melainkan berubah menjadi bentuk yang lebih kecil yang bernama "mikroplastik" (Human Initiative, 2022).
Lalu bagaimana kita menyikapinya?
Air kemasan memang bukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, meskipun sekarang ini sebagian besar masyarakat menggunakannya. Sebenarnya, kalau air PAM kita sudah cukup bagus pelayanannya, dan memenuhi seluruh prinsip 4K, tidak diragukan lagi kita akan menggunakan air PAM di rumah kita, dan akan segera berlangganan kalau sudah ada jaringan pipa air minum di depan rumah kita. Bicara PAM kita bicara tentang perusaaan milik daerah di lebih dari 380 kota/kabupaten di seluruh Indonesia, dengan kinerja dan kualitas pelayanan yang sangat beragam. Dari jumlah tersebut, lebih dari 40 persen kondisinya sakit, dan kalaupun sehat, kualitas pelayanannya masih sekedar memadai, belum prima.
Terdengar utopis, sebenarnya ada beberapa kota di Indonesia dimana air PAM sudah aman untuk diminum langsung, meskipun jumlahnya masih sangat sedikit.Â
Di beberapa kota ada PAM yang berinisiatif membuat zona-zona air minum prima, dimana air keran di rumah tangga pada zona tersebut bisa diminum langsung. Apabila inisiatif ini diperluas di banyak kota, ada harapan bahwa kualitas air produk PAM akan semakin membaik.Â