Mohon tunggu...
Lyfe

Menemukan Kembali Nasionalisme Pemuda

11 November 2016   10:29 Diperbarui: 11 November 2016   10:35 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda yang sering melakukan perjalanan ke luar negeri atau yang memang sedang menjalani masa studi dalam jangka waktu yang lama di suatu negara harus dilihat sebagai sebuah potensi untuk mengembangkan diaspora ke-Indonesia-an keseluruh penjuru dunia.

Para pemuda ini harusnya dilindungi dari “godaan” untuk menetap di luar Indonesia dengan sebuah tantangan untuk bisa mendayagunakan segenap pembelajaran dan pengalamannya di luar negeri untuk membangun negara Indonesia.

Sementara para pemuda pengembara dunia maya juga perlu mendapatkan perhatian yang tak kalah pentingnya. Menurut data yang dilansir oleh Kementerian Kominfo pada tahun 2015, dari 88,1 juta pengguna internet di Indonesia, 79 juta atau hampir 90% adalah pengguna media sosial, dan 49%nya adalah berusia 18 – 25 tahun.

Hal ini peluang dan tantangan bagi bangsa Indonesia ke depan. Akan menjadi tantangan ketika para pemuda justru terdampak oleh sisi negatif media sosial yang cenderung pseudo reality, yakni menyederhanakan sebuah fakta yang kompleks dalam sebuah sudut pandang foto atau pernyataan pendek.

Gejala viral dunia maya juga menjadi tantangan tersendiri dalam mengembangkan kapasitas pemuda Indonesia. Alih-alih dijadikan wahana menyebarkan gagasan dan pengetahuan yang positif, viral dunia maya hanya dijadikan alat hiburan yang berkonten dangkal semata.

Namun demikian, hal ini bisa juga menjadi sebuah peluang yang sangat baik ketika negara benar-benar mampu memproteksi para pemuda agar memanfaatkan semaksimal mungkin wahana internet dan media sosial secara positif dan produktif, seperti misalnya untuk mengembangkan industri kreatif dan juga bisnis online.

Pancasila untuk Pemuda

Jika memang tantangan globalisasi dan juga kontestasi politik menjelang pemilihan kepala daerah secara langsung di awal tahun 2017 nyatanya dapat menggerus nasionalisme pemuda, maka gagasan untuk kembali mengintrodusir Pancasila kepada pemuda dengan cara-cara yang lebih mutakhir dari pada sekedar penataran P4 tentunya adalah satu-satunya jalan menemukan kembali nasionalisme pemuda Indonesia.

Paling tidak ada tiga alternatif opsi yang bisa dilakukan untuk mengintrodusir ulang Pancasila kepada para pemuda.

Pertama, dilakukan dengan cara paling klasik yakni memasukkan kembali muatan Pancasila sebagai materi intra kurikuler di pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi. Cara yang agak koersif ini mungkin tidak terlalu disukai namun terbukti efektif menanamkan perspektif ideologi Pancasila di era yang lalu.

Kedua, memberikan pilihan kegiatan-kegiatan program bermuatan bela negara berbasis Pancasila dengan insentif yang membuat pemuda tertarik untuk mengikuti program tersebut. Seperti misalnya program wajib militer di Singapura yang bersifat opsional, namun mendapatkan insentif sebagai warga negara kelas satu sebagai sons of the nation, sehingga pemuda Singaupura berbondong-bondong mengikutinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun