Pada masa pemerintahan Mangkunegara IV muncul ide untuk mengabilalih tanah apanage. Tanah apanage yang awalnya digunakan sebagai gaji bagi narapraja diambilalih sebagai modal awal industri tebu milik Mangkunegaran. Sebagai gantinya narapraja menerima gaji bulanan. Selain dari pengambilalihan tanah apanage. Penarikan tanah dilakukan secara bertahap, dimulai dari keluarga raja. Kemudian dilanjutkan dari anggota narapraja lainnya termasuk para anggota Legiun Mangkunegaran. Sebagai gantinya, mereka menerima tunjangan dalam bentuk uang. Jumlah uang yang diterima beragam, tergantung luas tanah dan kualitas tanah yang dimiliki.[3]
Penghapusan tanah apanage ini menimbulkan rasa tidak puas di kalangan pejabat Mangkunegaran karena kebiasaan memegang uang dari upeti apanage tak dapat dirasakan lagi sehingga untuk memenuhi gaya hidup mewah mereka harus berutang kepada para pengusaha Eropa meskipun mereka telah digaji oleh Mangkunegaran
Reformasi pemerintahan
sunting
Pada masa pemerintahannya diadakan pembaruan organisasi pemerintahan Mangkunegaran. Dalam Pranatan tanggal 11 Agustus 1867 ditetapkan departemen-departemen dalam pemerintahan di luar Kesentanaan dan Legiun yang disebut Kawedanan yang dipimpin oleh Wedana. Kawedanan-kawedanan tersebut, yaitu:[6]
Kawedanan Hamongprojo. Kawedanan ini dibagi menjadi tiga Kemantren, yaitu: Sastrolukito, bawahan carik yang bertugas menulis dan menghitung; Reksa Pustoko, bertugas merawat dan menyusun surat-surat yang dianggap penting; Pamongsiswo, mengembangkan kesenian dan sastra. membawahi para guru, murid, pelukis, pemahat, yang ada di wilayah Mangkunegaran
Kawedanan Kartapraja. Kawedanan ini dibagi menjadi dua Kemntren, yaitu: Kartahusada, bertugas meningkatan sumber pendapatan Mangkunegaran; Martanimpuna, bertugas menerima setoran pajak dan pendapatan luar biasa Mangkunegaran.
Kawedanan Martapraja. Kawedanan ini hanya terdiri atas satu Kemantren, yaitu Reksahardana yang bekerja menyimpan dan mengetahui uang yang berada di gedong serta mengatur keluar masuknya uang Mangkunegaran.
Kawedanan Karti Praja. Kawedanan ini membawahi satu Kemantren, yaitu Kartapura yang bekerja dalam perbaikan kota dan penanganganan kebakaran.
Kawedanan Reksawibawa. Kawedanan ini membawahi empat Kemantren, yaitu: Reksawarastra, bertugas memelihara senjata; Reksawahana, bertugas menjaga kendaraan dan suku cadangnya; Reksabusana, bertugas merawat dan melengkapi pakaian Praja dan tentara; Langen Praja, bertugas merawat dan melengkapi gamelan.
Kawedanan Madrapura. Kawedanan ini terbagi menjadi empat Kemantren, yaitu; Mandrasana, bertugas merawat perkakas; Reksa Pradipta, bertugas membuat dan menghidupkan lampu; Sabpandaya, mengurusi masalah minuman Praja; Reksasunggata, mengurusi penyediaan makanan istana.
Kawedanan Prababaksana. Kawedanan ini membawahi tiga Kemantren. Reksabaksana yang bertugas memelihara dan membagi bahan pangan. Wreksapandaya, bertugas menyediakan kayu jati untuk bahan bangunan. Tarutala, bertugas membagi sirih, rumput, dan padi.
Kawedanan Yogiswara. Kawedanan ini membawahi tiga Kemantren. Ketib, bertugas menikahkan orang yang akan menikah, mengurusi mayat, dan menyelesaikan perkara yang akan dibawa ke surambi. Naib, berwenang menyelesaikan talak, wasiat, dan semacamnya. Ia membawahi para kaum yang mempelajari agama serta memelihara makam dan tempat suci. Ngulama, bertugas berdoa untuk keselamatan dan kesejahteraan Mangkunegaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H