Mohon tunggu...
Risna Nurfalah
Risna Nurfalah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pertukaran Mahasiswa Merdeka Batch 4 Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Harta Karun di Tengah Bromo dan Semeru

1 Juni 2024   16:40 Diperbarui: 1 Juni 2024   16:44 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Talkshow Inspirasi di Desa Ngadas, Dokpri

Desa Ngadas adalah sebuah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Desa ini merupakan salah satu dari 36 desa Suku Tengger yang tersebar dalam empat kabupaten/kota,

Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani dengan pemeluk kepercayaan Buddha Jawa sebesar 50%, Islam 40% dan Hindu 10%2. Masyarakat Ngadas merupakan masyarakat suku Tengger.

bukan hanya terkenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kekayaan budaya dan tradisi masyarakatnya. Dua tokoh penting yang memainkan peran sentral dalam kehidupan masyarakat Desa Ngadas adalah Kepala Adat, Bapak Mujianto Mugiraharjo dan Dukun, Bapak sutomo. Kedua posisi ini memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga kelestarian tradisi dan kepercayaan masyarakat Tengger.

Kepala Adat adalah pemimpin tertinggi dalam struktur sosial masyarakat Desa Ngadas. Peran Kepala Adat sangat penting dalam mengatur dan menjaga adat istiadat serta tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tugas-tugas utama Kepala Adat meliputi:

1.         Menyelenggarakan Upacara Adat: Kepala Adat bertanggung jawab atas pelaksanaan berbagai upacara adat, seperti Yadnya Kasada, Karo, dan upacara-upacara lainnya yang terkait dengan siklus kehidupan masyarakat Tengger.

2.         Penjaga Tradisi: Sebagai penjaga tradisi, Kepala Adat memastikan bahwa nilai-nilai dan norma-norma adat tetap dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat. Ia memberikan petunjuk dan nasihat terkait praktik-praktik adat yang harus dijalankan.

3.         Mediator Konflik: Kepala Adat sering kali berperan sebagai mediator dalam penyelesaian konflik antarwarga. Ia menggunakan kebijaksanaan dan pengetahuan adatnya untuk mencapai penyelesaian yang adil dan damai.

4.         Pemimpin Spiritual: Selain sebagai pemimpin adat, Kepala Adat juga memiliki peran spiritual, memimpin doa dan ritual yang penting bagi kehidupan religius masyarakat Tengger.

Dukun, sutomo di Desa Ngadas memegang peran yang tidak kalah pentingnya dengan Kepala Adat. Dukun di sini merujuk pada pemimpin spiritual yang memiliki keahlian dalam bidang pengobatan tradisional dan ritus-ritus keagamaan. Tugas dan peran Dukun meliputi:

1.         Pengobatan Tradisional: Dukun adalah orang yang ahli dalam pengobatan tradisional. Ia menggunakan ramuan-ramuan alami dan metode pengobatan warisan leluhur untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

2.         Pemimpin Ritual Keagamaan: Dukun memimpin berbagai ritual keagamaan, terutama yang berkaitan dengan pemujaan terhadap roh leluhur dan dewa-dewa dalam kepercayaan Hindu Tengger. Ritual ini termasuk upacara penyembuhan, doa untuk kesuburan tanah, dan perlindungan dari bencana alam.

3.         Penasehat Spiritual: Dukun juga memberikan nasihat spiritual kepada masyarakat yang membutuhkan, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan batin dan hubungan dengan alam semesta.

4.         Pelaksana Upacara Yadnya Kasada: Salah satu peran penting Dukun adalah memimpin upacara Yadnya Kasada, sebuah ritual besar yang diadakan di kawah Gunung Bromo. Dalam upacara ini, Dukun mempersembahkan sesajen kepada dewa-dewa untuk memohon berkah dan keselamatan bagi seluruh masyarakat.

Di Desa Ngadas, terdapat sangat banyak tradisi salah satunya ialah tradisi berpakaian memiliki perbedaan yang khas antara mereka yang sudah menikah dan yang belum menikah. Tradisi ini mencerminkan status sosial dan peran individu dalam masyarakat. Berikut adalah perbedaan utama dalam berpakaian antara yang sudah menikah dengan yang belum:

1.         Pakaian Pria:

•           Belum Menikah: Pria yang belum menikah biasanya memakai pakaian yang lebih sederhana dan praktis. Mereka mungkin mengenakan kemeja biasa dan celana panjang tanpa banyak hiasan.

•           Sudah Menikah: Pria yang sudah menikah cenderung mengenakan pakaian yang lebih formal dan dihiasi dengan atribut khusus. Mereka mungkin memakai baju tradisional seperti kemeja dengan motif khas dan sarung atau kain panjang. Selain itu, mereka sering memakai ikat kepala atau udeng sebagai simbol kedewasaan dan tanggung jawab.

2.         Pakaian Wanita:

•           Belum Menikah: Wanita yang belum menikah biasanya mengenakan kebaya atau pakaian tradisional yang lebih sederhana. Warna dan motif kain yang dipilih cenderung lebih cerah dan mencolok, mencerminkan status mereka yang masih lajang.

•           Sudah Menikah: Wanita yang sudah menikah memakai kebaya yang lebih elegan dan anggun. Warna dan motif pakaian mereka lebih tenang dan dewasa, seringkali dengan hiasan tambahan seperti selendang atau kain panjang yang dililitkan di pinggang. Mereka juga mungkin memakai aksesoris tambahan seperti kalung atau gelang emas, yang menunjukkan status pernikahan mereka.

Selain tradisi berpakaian , adapun tradisi- tradisi lain yang ada di desa ngadas seperti :

Beberapa tradisi yang ada di Desa Ngadas meliputi:

1. Upacara Karo

Upacara Karo adalah perayaan besar yang dilakukan oleh masyarakat Tengger, termasuk di Desa Ngadas. Upacara ini dilaksanakan selama dua hari dan dua malam untuk merayakan tahun baru dalam kalender tradisional Tengger. Ritual ini melibatkan berbagai kegiatan seperti persembahan, tari-tarian, dan makan bersama.

2. Ritual Kasada (Yadnya Kasada)

Ritual Kasada adalah upacara tahunan yang dilakukan di Gunung Bromo, yang terletak dekat dengan Desa Ngadas. Masyarakat Tengger mempersembahkan hasil bumi, hewan ternak, dan persembahan lainnya ke kawah Gunung Bromo sebagai bentuk syukur dan permohonan keselamatan kepada dewa-dewa.

3. Upacara Barikan

Upacara Barikan dilakukan untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, dan kesuburan tanah. Ritual ini biasanya melibatkan doa bersama dan persembahan makanan yang kemudian disantap bersama-sama sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.

4. Selamatan Desa

Selamatan desa adalah tradisi rutin yang dilakukan untuk memohon berkah dan perlindungan bagi seluruh desa. Acara ini melibatkan seluruh masyarakat desa yang berkumpul untuk berdoa bersama, memberikan persembahan, dan makan bersama.

5. Ritual Upacara Pernikahan

Pernikahan di Desa Ngadas mengikuti adat dan tradisi khas Tengger. Prosesi pernikahan melibatkan berbagai tahapan ritual yang dilakukan oleh tetua adat, seperti pemberian restu, prosesi siraman, dan upacara adat lainnya yang mencerminkan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal.

6. Ritual Kematian (Ngaben)

Masyarakat Tengger di Desa Ngadas memiliki tradisi khusus dalam merayakan upacara kematian, yang disebut Ngaben. Ritual ini bertujuan untuk menghormati arwah leluhur dan mempersiapkan perjalanan roh ke alam baka. Prosesi ini melibatkan berbagai tahapan, termasuk doa, persembahan, dan pembakaran jenazah.

7. Tradisi Memulai Pembangunan (Peletakan Batu Pertama)

Sebelum membangun rumah atau bangunan lain, masyarakat Desa Ngadas melakukan upacara peletakan batu pertama. Ritual ini dipimpin oleh tetua adat dan melibatkan doa serta persembahan untuk memohon keselamatan dan kelancaran selama proses pembangunan.

8. Gotong Royong

Gotong royong adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari di Desa Ngadas. Masyarakat saling membantu dalam berbagai kegiatan, mulai dari pembangunan rumah, perbaikan jalan, hingga acara-acara desa. Tradisi ini memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di antara warga desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun