Beberapa provinsi melakukan pemeriksaan suhu tubuh dan menanyakan tujuan perjalanan di perbatasan antar provinsi.
Jika ditemukan ada yang demam, tidak akan diberi izin lewat dan ada juga yang langsung disarankan ke rumah sakit.
Beberapa provinsi ada juga yang menutup akses keluar masuk sama sekali dan menerapkan curfew 24 jam.
Aturan melarang menjual minuman beralkohol sepertinya dikeluarkan karena masih banyak yang didapati melanggar jam curfew dalam keadaan mabuk. Banyak juga yang berkumpul-kumpul dan mabuk bersama juga.Â
Jadi sepertinya pemerintah daerah mengambil langkah mencabut masalah dari akar. Melarang mabuk itu sulit, tapi melarang penjualan minuman beralkohol masih lebih mudah dilakukan.
Bisa dibilang, setiap minggunya ada aturan tambahan. Dan bagaimana hasilnya, apakah semua larangan itu memang dibutuhkan untuk mengurangi penyebaran Covid-19?
Kalau dilihat dari grafik pertambahan kasus harian di Thailand, mudah-mudahan semua aturan itu memang cukup berhasil memperlambat penyebaran pandemi terutama selama seminggu terakhir ini.
Di kota Chiang Mai, kota di mana saya berada, kabarnya sudah 10 hari tidak ditemukan kasus baru lagi.
Apakah saatnya untuk menarik napas lega? Tentunya ada perasaan lega tapi masih tetap merasa perlu waspada.
Kemarin memang Songkran sudah dibatalkan, tapi beberapa hari ini ada pembagian donasi makanan gratis untuk masyarakat yang terkena efek di rumah saja ini. Antreannya cukup panjang dan banyak orang.