Desa Mayangan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember. Masyarakat pada desa tersebut banyak yang memiliki kandang sapi di rumahnya sehingga menghasilkan banyak limbah kotoran sapi. Pemanfaatan limbah kotoran sapi perlu dilakukan karena limbah kotoran sapi yang dibiarkan dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan.Â
Fidela et al (2024), menyebutkan bahwa terdapat tiga permasalahan yang bersumber dari limbah ternak, yaitu produksi gas noxius, pencemaran tanah akibat penumpukan kotoran ternak yang berlebih, dan pencemaran air. Sehingga diperlukan inovasi teknologi yang bertujuan untuk mengolah kotoran sapi menjadi produk yang lebih berguna dan bermanfaat.Â
Tim pengabdian Echophysiology of Tropical Plant Universitas Jember memberikan inovasi teknologi pemanfaatan limbah kotoran sapi dengan menjadikan pupuk organik padat (POP).
Tim pengabdian Echophysiology of Tropical Plant Universitas Jember melakukan kegiatan sosialisasi dan pendampingan pembuatan pupuk organik padat dengan sasaran kelompok tani "Muneng Makmur II" di Desa Mayangan, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember. Kegiatan pengabdian dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus dan dihadiri oleh ketua dan perwakilan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Petani antusias dalam mengikuti program pengabdian untuk memanaatkan limbah kotoran sapi. Moch. Said selaku ketua kelompok tani Muneng Makmur II menyampaikan terima kasih karena Universitas Jember memberikan perhatian kepada kami para petani dan kelompok tani selalu mendapatkan program pengabdian sehingga dapat mengabdikan ilmunya kepada masyarakat".
Kegiatan pengabdian dilaksanakan di rumah ketua kelompok tani dengan melibatkan dosen, mahasiswa, dan kelompok tani. Alat dan bahan telah disediakan oleh dosen dan mahasiswa sehingga pada acara tersebut sosialisasi dan pelatihan dapat berlangsung.Â
Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan menjelaskan terlebih dahulu kegunaan serta manfaat dari pembuatan pupuk organik granular dari limbah kotoran sapi yang dienkapsulasi menggunakan bakteri Rhizobium spp. Selama kegiatan sosialisasi para petani antusias dalam mendengarkan dan beberapa juga ada yang memberikan pertanyaan terkait manfaat dan cara pengaplikasian pupuk tersebut.
 Setelah kegiatan sosialisasi berlangsung, dilakukan praktik pelatihan bersama dengan petani langsung sehingga petani dapat memahami dari pelatihan yang diberikan. Pelatihan tersebut memerlukan alat berupa mesin granulator penggiling, hand sprayer, timba 20 L, karung, dan cetok. Bahan yang digunakan yaitu kotoran sapi, bekatul, tepung kanji, air, EM-4, molase, bakteri Rhizobium spp., dan dolomit.
Proses pembuatan pupuk organik granular yang di enkapsulasi dengan bakteri Rhizobium spp. yaitu dengan mengambil kotoran sapi yang sudah kering kemudian ditambahkan dengan EM-4, molase, dan air untuk memfermentasi kotoran sapi tersebut. Proses fermentasi berlangsung selama kurang lebih 14 hari dengan indikator sudah tidak memiliki bau kotoran sapi, memiliki warna lebih gelap, remah, dan gembur.Â
Setelah proses fermentasi selesai, untuk mengurangi kadar air dan sebagai bahan makanan bakteri diberi tambahan bekatul. Setelah itu, kotoran sapi diberi larutan kanji sebagai perekat agar nantinya pupuk granular tidak mudah hancur. Selanjutnya kotoran sapi digiling dan dibuat menjadi granular dengan mesin giling granulator. Pupuk granular yang telah digiling selanjutnya diletakkan di tempat terbuka agar pupuk dapat lebih kering dan memadat.Â
Tahap terakhir yaitu pemberian bakteri Rhizobium spp. dengan melarutkan kemudian menyemprotkan pada pupuk granular hingga merata. Tujuan pemberian bakteri Rhizobium spp. yaitu untuk meningkatkan efektifitas pupuk granular, karena bakteri tersebut dapat menyediakan unsur hara N di dalam tanah (Purwani dan Sucahyono, 2021).
Setelah selesai mempraktikan proses pembuatan POP granular, Tim pengabdian dari Universitas Jember melakukan sesi diskusi terkait indikator keberhasilan dalam pembuatan POP granular. Kegiatan diskusi berlangsung dengan para petani melontarkan beberapa pertanyaan dan saling bertukar pengalaman terkait kejadian di lahan.
 Melalui program pengabdian yang dilakukan oleh tim Universitas Jember diharapkan kelompok tani Muneng Makmur II di Desa Mayangan mampu membuat dan mengaplikasikan POP granular dari kotoran sapi yang dienkapsulasi dengan bakteri Rhizobium spp. sehingga pertanian di desa tersebut dapat menuju sistem pertanian organik. Sistem tersebut penting dilakukan dalam upaya mencapai kemandirian pangan dan menjadi pertanian berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Fidela, W., Ahda, Y., Zhafira, Z., Febriani, Y., Azzahra, Y., Ningky, Y. P., ... & Fajrina, S. (2024). Pemanfaatan Kotoran Sapi Menjadi Biogas Sebagai Upaya Pengendalian Limbah Peternakan. Jurnal Ekologi, Masyarakat dan Sains, 5(2), 186-192. https://doi.org/10.55448/0br
Purwani, J., & Sucahyono, D. (2021). Viabilitas Rhizobium dalam Formula Bahan Pembawa dan Cara Inokulasi dalam Teknik Produksi Massal Pupuk Hayati. Jurnal Agrosains dan Teknologi, 5(2), 99-108.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI