Mohon tunggu...
Risna Dewi
Risna Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi

Menulis merupakan kegiatan paling menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menelusuri Setapak Sonobudoyo

5 Mei 2024   19:31 Diperbarui: 5 Mei 2024   19:35 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Bergaya arsitektur jawa kental yang membawa suasana mistik estetik merupakan kesan yang diberikan oleh Gedung Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Museum ini terletak di Jl. Pangurakan no. 6, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta. Lokasi museum berada di tengah Kota Yogyakarta berdekatan dengan tempat paling iconic di Yogyakarta, yakni kawasan wisata Malioboro dan Titik 0 KM. Bangunan dengan sentuhan arsitektur klasik menggunakan konsep rumah adat Joglo merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh museum ini.

            Museum Sonobudoyo Yogyakarta berdiri di atas tanah yang dahulu merupakan tanah hadiah (Shouten) dari Sri Sultan Hamengkubowono VIII. Awal museum ini berdiri dikelola oleh Java-Institut dengan pemberian izin dari Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Pada tahun 1931 dibentuk sebuah komisi pengelola museum sementara dengan anggota Th. Karsten, P. H. W. Sitsen, dan S. Koperberg. 

Komisi ini memiliki tugas untuk menentukan lokasi sekaligus corak dari bangunan museum. Museum Sonobudoyo yang kental akan budaya jawa dibangun dengan penuh perencanaan. Hal itu tercermin dari pihak-pihak yang turut dalam proses pembangunan museum ini. Museum ini didesain oleh arsitek bernama Th. Karsten. 

Beberapa ahli bangunan yang turut berkontribusi adalah Sistsen dan Loudaza sebagai pemborong serta Biro Bangunan Sindoetomo dan Schram sebagai pelaksana pembangunan. Dalam perjalanannya, pembangunan juga memerlukan penasihat bangunan yang terdiri dari J.L. Moens, R. M. Natadiningrat, R. M. Poebadiningrat, V. R. van Romont, R. P. Soerachman, dan P. A. Soerjaningrat, dan Samuel Koperberg.

            Setelah melewati berbagai proses pembangunan, Museum Sonobudoyo Yogyakarta secara resmi dibuka pada tanggal 6 November 1935. Sri Sultan Hamengkubuwono VII meresmikan bertepatan dengan hari kelahirannya, yakni Rabu Wage. Pada pidato singkatnya, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII berharap pada museum ini agar bisa menjadi wujud dari kemajuan budaya Bumiputera pada bidang kesenian dan buku bacaan.

            Kini, Museum Sonobudoyo merupakan museum yang memiliki banyak koleksi yang berkaitan dengan kebudayaan. Rata-rata pengunjung museum ini dalam sehari hampir mencapai 500 pengunjung. Jenis koleksi-koleksi yang dimiliki antara lain geologika, biologika, ethnografika, arkeologi, heraldika, historika, filologika, keramologika, seni rupa, dan teknologika. Museum ini menghadirkan berbagai koleksi benda-benda zaman purbakala seperti alat serpih, alat batu, logam, hingga mata uang yang dipakai.

picture by writter
picture by writter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun