Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Museum ini terletak di Jl. Pangurakan no. 6, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta. Lokasi museum berada di tengah Kota Yogyakarta berdekatan dengan tempat paling iconic di Yogyakarta, yakni kawasan wisata Malioboro dan Titik 0 KM. Bangunan dengan sentuhan arsitektur klasik menggunakan konsep rumah adat Joglo merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh museum ini.
      Bergaya arsitektur jawa kental yang membawa suasana mistik estetik merupakan kesan yang diberikan oleh Gedung      Museum Sonobudoyo Yogyakarta berdiri di atas tanah yang dahulu merupakan tanah hadiah (Shouten) dari Sri Sultan Hamengkubowono VIII. Awal museum ini berdiri dikelola oleh Java-Institut dengan pemberian izin dari Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Pada tahun 1931 dibentuk sebuah komisi pengelola museum sementara dengan anggota Th. Karsten, P. H. W. Sitsen, dan S. Koperberg.Â
Komisi ini memiliki tugas untuk menentukan lokasi sekaligus corak dari bangunan museum. Museum Sonobudoyo yang kental akan budaya jawa dibangun dengan penuh perencanaan. Hal itu tercermin dari pihak-pihak yang turut dalam proses pembangunan museum ini. Museum ini didesain oleh arsitek bernama Th. Karsten.Â
Beberapa ahli bangunan yang turut berkontribusi adalah Sistsen dan Loudaza sebagai pemborong serta Biro Bangunan Sindoetomo dan Schram sebagai pelaksana pembangunan. Dalam perjalanannya, pembangunan juga memerlukan penasihat bangunan yang terdiri dari J.L. Moens, R. M. Natadiningrat, R. M. Poebadiningrat, V. R. van Romont, R. P. Soerachman, dan P. A. Soerjaningrat, dan Samuel Koperberg.
      Setelah melewati berbagai proses pembangunan, Museum Sonobudoyo Yogyakarta secara resmi dibuka pada tanggal 6 November 1935. Sri Sultan Hamengkubuwono VII meresmikan bertepatan dengan hari kelahirannya, yakni Rabu Wage. Pada pidato singkatnya, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII berharap pada museum ini agar bisa menjadi wujud dari kemajuan budaya Bumiputera pada bidang kesenian dan buku bacaan.
      Kini, Museum Sonobudoyo merupakan museum yang memiliki banyak koleksi yang berkaitan dengan kebudayaan. Rata-rata pengunjung museum ini dalam sehari hampir mencapai 500 pengunjung. Jenis koleksi-koleksi yang dimiliki antara lain geologika, biologika, ethnografika, arkeologi, heraldika, historika, filologika, keramologika, seni rupa, dan teknologika. Museum ini menghadirkan berbagai koleksi benda-benda zaman purbakala seperti alat serpih, alat batu, logam, hingga mata uang yang dipakai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H