Mohon tunggu...
RISNA SELIANA
RISNA SELIANA Mohon Tunggu... Guru - A lifetime learner

A person who likes simple life while learning new things is one of my hobby besides traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Speaking dalam Recount text

4 Maret 2024   16:00 Diperbarui: 4 Maret 2024   16:03 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

BAB I

PENDAHULUAN

 

  •  LATAR BELAKANG
  •            Saat ini bahasa Inggris telah menjadi mata pelajaran yang wajib diikuti mulai dari tingkat SMP, SMA sampai dengan Perguruan Tinggi. Di masa kini bahasa Inggris yang sudah menjadi suatu kebutuhan bagi hamper semua orang karena bahasa Inggris merupakan bahasa International. Dengan berbahasa Inggris di tingkat SMA diharapkan para generasi muda Indonesia mampu berbahasa Inggris siapapun bisa berkeliling dunia tanpa rasa kuatir terkendala dalam komunikasi. Dengan adanya bahasa Inggris diharapkan para generasi muda Indonesia mampu baerbahasa Inggis dengan baik sehingga bangsa Indonesia mampu bersaing di dunia Internasional.
  • Tujuan pokok pembelajaran bahasa Inggris adalah penguasaan 4 kompetensi dasar yaitu Mendengarkan ( listening ), speaking ( berbicara ), reading ( membaca ), writing ( menulis ).  Kempat dasar kompetensi ini saling berkaitan sehingga satu kegiatan pembelajaran bisa digunakan untuk mempelajari satu atau lebih kompetensi yang ingin dikuasai. Keterampilan membaca dan menulis memegang peranan penting dalam penguasaan ilmu pengetahuan termasuk penguasaan pengetahuan berbahasa. Karakteristik pembelajaran bahasa terutama bahasa Inggris berbeda dengan mata pelajaran yang lain karena fungsi bahasa sebagai alat komunikasi sehingga dalam belajar bahasa terutama bahasa Inggris harus mampu mengaplikasikannya dalma kegiatan komunikasi.
  • Namun pada kenyataannya peserta didik di SMP IT Al Ishmah masih banyak menghadapi banyak kendala dalam menguasai keempat kompetensi Bahasa Inggris tersebut, terutama dalam kompetensi berbicara ( speaking ). Kurangnya penggunaan Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari – hari merupakan salah satu faktor penyebabnya. Peserta didik SMP IT Al Ishmah berasal dari lingkungan yang bervariasi yang cenderung jarang atau bahkan tidak pernah menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Para peserta didik kebanyakan berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan pendidikan, orang tua peserta didik cenderung sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
  • Selain itu pembelajaran yang dilaksanakan dikelas juga kurang mendukung penguasaan  berbicara. Saat ini pembelajaran bahasa Inggris lebih cenderung pada pencapaian nilai tertulis. Nilai US yang semuanya dalam bentuk test tertulis. Nilai Ujian Sekolah yang semuanya dalam bentuk test tertulis menjadi tolak ukur dari keberhasilan pembelajaran Bhasa Inggris secara umum., sehingga keterampilaan berbicara seakan terpinggirkan.  Peserta didik masih kurangpercaya diri ketika harus tamoil di depan kelas untuk melakukan presentasi menggunakan Bahasa Inggris. Kurangnya latihan dan kekuatiran membuat kesalahan dalam menggunakan bahasa Inggris merupakan kendala umum dijumpai. Peserta didik terkadang juga mengalami kebosanan ketika pembelajaran masih menggunakan metode – metode konvensional sehingga motivasi belajar rendah. Oleh karena itu guru juga harus berinovasi supaya pembelajaran lebih menyenangkan dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.      
  •             
  • PERMASALAHAN 
  •            Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
  • Apakah project Based Learning dengan media video  dapat meningkatkan keterampilan berbicara teks Recount peserta didik kelas VIII SMP IT Al Ishmah.
  • Apakah project Based Learning dengan media Video dapat meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik kelas VIII SMP IT Al Ishmah
  • TUJUAN 
  • 1. Untuk mengetehui bahwa Project Based Learning  dengan media Video dapat meningkatkan  aktivitas  peserta didik kelas VIII SMP IT Al Ishmah
  • 2.  Untuk mengetahui bahwa Project Based Learning dengan media Video dapat meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik kelas VIII SMP IT Al Ishmah, Kranggan.
  •  
  • MANFAAT 
  • Manfaat teoritis
  • Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan keterampilan berbicara pada teks Recount dapat dilakukan dengan  Project Based Learning. 
  • Manfaat praktis
  • Hasil yang diperoleh dari penulisan Best Practice ini diharapkan member manfaat bagi :
  • Meningkatkan aktivitas peserta didik dan keterampilan berbicara
  • Mengatasi  hambatan dan kendala dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, khususnya kompetensi dasar speaking  pada materi teks Recount.
  • Mengurangi perasaan takut berbicara dan mengungkapkan ide baik secara lisan maupun tertulis.
  • Mengurangi perasaan bosan dalam pembelajaran bahasa Inggris.  
  • Memperbaiki proses pembelajaran di sekolah
  • Memunculkan inovasi dalam pembelajaran
  • Mampu mendeteksi permasalahan yang muncul dalam pepbelajaran sekaligus mencari solusinya.
  • Meningkatkan layanan prima pada peserta didik 
  • Meningkatkan profesionalisme guru 
  • Meningkatkan prestasi sekolah

  • BAB II
  • KAJIAN PUSTAKA
  •  
  • Pembelajaran Berbasis Proyek ( Project Best Learning )
  • Model pembelajaran ini secara bahasa diartikan sebagai model yang menekankan pada pengadaan proyek atau kegiatan penelitian kecil dalam pembelajaran. Menurut Klein, etal. Dalam Faturohman mendefinisikan pembelajaran berbasis Proyek  (  Project Based Learnig ) sebagai “ the instructional strategy of empowering learners to pursue content knowledge on their own and demonstrate their new understanding through a variety of presentation modes”
  • Menurut Faturohman ( 2015 ) pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman nyata.  Project Best Learning dilakukan secara sistematik yang mengikutsertakan peserta didik dalam pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui investigasi dalam peencanaan produk. Proyek Based Learning merupakan model pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan – kegiatan yang kompleks. Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek member kesempatan peserta berpikir kritis dan mampu mengembangkan kreativitasnya melalui pengembangan inisiatif untuk menghasilkan produk nyata berupa barang  atau jasa. Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh peserta didik dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuahprodukyang hasilnya  kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Pelaksanaan proyek dilakukan secara kolaboratif, inovatif, unik, dan yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan peserta didik. Pembelajaran berbasis proyek merupakan bagian dari metode instruktursional yang berpusat pada pembelajaran. Model ini sebagai ganti penggunaan suatu model pembelajaran lebih pasif dibandingkan dengan guru.
  • Sedangkan menurut Daryanto ( 2017 ) ada lima criteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk pembelajaran berbasis proyek, yaitu:
  • Keterpusatan ( centrality )
  • Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, di dalam pembelajaran proyek strategi pembelajaran, pelajaran mengalami dan belajar konsep – konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana peserta didik belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. 
  • Berfokus pada pertanyaan atau masalah
  • Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong pelajar menjalani ( dalam kerja keras ) konsep – konsep dan prinsip – prinsip inti atau pokok dari disiplin.
  • Investigasi konstrktif atau desain
  • Proyek melibatkan pelajaran dalam investigasi konstruktif dapat berupa desain, pengambilan keputusan, penerima masalah, pemecahan masalah discovery akan tetapi aktifitas inti dari proyek ini harus meliputi transformasi dan konstruksi pengetahuan.  
  • Bersifat otonomi pembelajaran
  • Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran terhadap proyek.  
  • Bersifat realism
  • Pembelajaran berbasis proyek melibatkan tantangan kehidupan nyata, berfokus pada pertanyaan atau masalah autentik bukan simulative dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan dilapangan yang sesungguhnya. 

  • Media pembelajaran

1.  Pengertiaan Media Pembelajaran

     Media ( kata jamak ) berasal dari bahasa latin “ medium” yang artinya ”diantara”. Dengan istilah ini memberikan arti bahwa “media” itu adalah segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima. Dengan demikian apabila kita menggunaakan media yang benar, bertujuan untuk mengurangi “jumlah kata” yang diperlukan dalam proses pembelajaran (instruksional), dengan harapan akan mengkomunikasikan gagasan yang bersifat konkrit. Hal ini terjadi karena media itu akan membantu peserta didik untuk mengintegrasikan pengalamannya yang diperoleh sebelumnya. Oleh karena itu penggunaan media diharapkan mampu memperlancar proses belajar peserta didik, serta menambah pemahamnnya. ( Soetomo, 2011 ). Di bagian lain Soetomo ( 2011 ) juga menyatakan tentang lima sifat media pembelajaran mendasari pemikiran para ahli pendidikan, yaitu:

a. Bahwa media itu untuk meningkatkan persepsi

b. Bahwa  media itu untuk membantu meningkatkan transfer belajar

c. Bahwa media itu untuk meningkatkan pemahan

d. Bahwa media itu untuk membantu adanya retensi

e. Bahwa media itu untuk memberikan penguatan atau menambah pengetahuan 

    tentang hal yang diperoleh peserta didik. 

  •  Jenis Media Belajar
  • Terdapat berbagai jenis media, diantaranya:
  • Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster,kartun, komik.
  • Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya.
  • Projected still media : slide, LCD   
  • Media pembelajaran video
  • Arsyad (2011:3) mendefinisikan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu secara fisik yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar dan mengajar, merangsang serta membantu peserta didik secara menyeluruh, sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Adapun jenis media pembelajaran secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan alat indra yang digunakan dalam mengamatinya ke dalam tiga hal yaitu media visual, media audio, dan video. Penggunaan video sebagai media pembelajaran harus mempertimbangkan beberapa criteria, antara lain:
  • Disesuaikan tipe materinya artinya pada setiap materi pembelajaran tidak semuanya dapat dijelaskan secara baik dengan menggunakan media video.
  • Terkait durasi waktu, media video berbeda dengan film pada umumnya yang berdurasi rata-rata 2 jam dan maksimal 3,5jam. Jadi media pembelajaran yang menggunakan video haruslah memiliki durasi antara 20-40 menit saja.
  • Sajian video, media video pembelajaran mengutamakan kejelasan dan penguasaan materi yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Sehingga format video yang cocok untuk pembelajaran, diantaranya: naratif, wawancara, presenter, dan format gabungan.
  • Aktivitas belajar
  • Aktivitas belajar adalah aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011:100).
  • Menurut Nasution (2000:89), aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rohani. Dalam proses pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus selalu terkait. Seorang peserta didik akan berpikir selama ia berbuat, tanpa perbuatan maka peserta didik harus diberikesempatan untuk berbuat atau beraktifitas.
  • Diedrich ( dalam Nasution, 2000:91 ) membuat suatu daftar yang berisi tentang macam kegiatan peserta didik yang digolongkan sebagai berikut :
  • Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya : membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
  • Oral activities, yang termasuk didalamnya seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
  • Listening activities, seperti  mendengarkan penjelasan, percakapan, diskusi, music, pidato.
  • Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
  • Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola.
  • Motor activities, seperti melakukan percobaan, melakukan konstruksi, model, mereparasi, bermain.
  • Mental activities, misalnya menggali, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihst hubungan, mengambil keputusan.
  • Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

  • Keterampilan produktif  berbicara
  • Menurut Tarigan (1981:15), berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan factor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantic dan  linguistic yang sangat intensif. Lebih lanjut Tarigan (1986:3) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang bertujuan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan orang tersebut.
  • Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan ( 1995:149) terdapat lima golongan yakni :
  • Berbicara yang menghibur
  • Sipembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya. 
  • Menginformasikan
  • Melaporkan dan dilaksanakan bila seseorang ingin:

a.   Menjelaskan suatu  proses

  • Menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal;
  • Memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan
  • Menjelaskan kaitan.
  • Menstimulasikan Berbicara
  • Berbicara itu harus pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui :
  • Kemauan
  • Minat
  • Inspirasi
  • Kebutuhan
  • Cita-cita pendengarnya.
  • Menggerakkan Dalam Berbicara
  • Untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang berwibawa, panutan atau tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara, kecakapan, memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa. Pembicara dapat menggerakkan pendengarnya.
  • Beberapa factor yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan berbicara adalah
  • Factor kebahasaan
  • Factor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara, meliputi:
  • Ketepatan ucapan, pengucapan bunyi-bunyian harus tepat, begitu juga dengan penempatan tekanan, durasi, dan nada yang sesuai.
  • Pemilihan kata atau diksi, harus jelas, tepat dan berfariasi sehingga dapat memancing kepahaman dari pendengar.
  • Ketepatan sasaran pembicara, pemakaian kalimat atau kefektifan kalimat memudahkan pendengar untuk menangkap isi pembicaraan.
  • Penilaian dari factor kebahasaan meliputi:
  • Ucapan
  • Tata bahasa
  • Kosa kata
  • Factor non kebahasaan
  • Sikap yang tidak kaku
  • Kesediaan menghargai pendapat
  • Pandangan ke pendengar
  • Gerak-gerik atau mimic tepat
  • Kenyaringan suara
  • Kelancaran berbicara
  • Penguasaan topic
  • Penilaian dari factor non kebahasaan meliputi :
  • Ketenangan
  • Volume suara
  • Kelancaran
  • Pemahaman
  • Pemahaman

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

  • Strategi Pemecahan Masalah 
  • Permasalahan pembelajaran yang ada adalah kurang aktifnya peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar selama ini. Selain itu juga rendahnya kompetensi peserta yang ditunjukkan dengan nilai, terutama dalam keterampilan speaking. Oleh karena itu guru berusaha mencari alternative pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga peserta didik antusias mengikuti pelajaran dan hasil belajar bisa meningkat. Diharapkan seluruh peserta didik mampu mencapai nilai KKM terutama pada keterampilan berbicara ( Speaking ) karena masih rendahnya penguasaan keterampilan berbicara oleh para peserta didik. Guru akhirnya memutuskan untuk menggunakan media video, karena dianggap media video saat ini adalah media yang paling digemari oleh para peserta didik. Guru akhirnya memutuskan untuk menggunakan media video karena dianggap media video saat ini adalah media yang paling digemari oleh para peserta didik. Ini dibuktikan dengan antusiasme peserta didik ketika mencari sumber belajar dari internet terutama youtube. Pembelajaran ini mengutamakan keterlibatan peserta didik dalam penggunaan media karena peserta didik selain menyaksikan video dari guru juga diberitugas secara kelompok untuk membuat video pembelajaran sendiri. Video ini  berisi teks yang ditulis atau disusun sendiri oleh para peserta didik dan juga diisi suara oleh para peserta didik tentang penjelasan Recount Text yang disusun. Pembelajaran berbasis proyek ini berhasil meningkatkan keaktifan peserta didik dan juga meningkatkan nilai keterampilan speaking peserta didik. Peserta didik yang sebelumnya tidak memiliki keberanian untuk berbicara terbantu dengan video ini. Selain itu keterampilan berbicara juga ditampilkan pada saat mempresentasikan hasil karya video tersebut. Kondisi ini member kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk aktif dalam kegiatan ini.
  • Langkah – langkah Implementasi 
  • Project Based Learning berbantuan media video dilaksanakan pada kelas VIII SMP IT Al Ishmah, Kranggan.yang terdiri dari 15 peserta didik. Kelas dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4 peserta didik untuk setiap kelompoknya. Setiap kelompok mendapatkan tugas membuat video Recount text terkait tokoh terkenal. Video ini tentang berisi text dan suara yang dibuat oleh peserta didik. Para peserta didik bebas menggunakan aplikasi apa saja yang mendukung pembuatan video tersebut. Pembuatan video diberi waktu 1 minggu untuk setiap video. 
  • Kegiatan yang dilakukan oleh para peserta didik dalam menyusun video ini adalah :
  • Membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang
  • Membahas dan berdiskusi pengertian Recont Text dan unsure kebahasaan yang digunakannya.
  • Peserta didik menyusun rencana text yang akan disusn menjadi video.
  • Peserta didik mengumpulkan bahan – bahan yang akan disusun menjadi text recount dalam bentuk video
  • Menyusun text recount yang sudah dikonsep menjadi video.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun