Mohon tunggu...
Risma Yunita W
Risma Yunita W Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa yang sangat tertarik di bidang kepenulisan. Suka travelling. Suka membaca. Suka berdiskusi. Instagram: rismayw Twitter: rismayw email: rismayunitaw@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menumbuhkan Minat Baca pada Balita

22 Januari 2016   08:06 Diperbarui: 23 Januari 2016   08:55 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: wordswewomenwrite.com"][/caption]

"A room without books is like a body without soul" - Marcus Tullinus Cicero

Melihat minat baca masyarakat Indonesia yang masih rendah membuat saya prihatin, termasuk prihatin kepada diri saya sendiri. Jujur, dari kecil saya tidak terlalu senang buku. Waktu saya kecil, mentok yang saya baca hanyalah majalah Bobo yang sering dibelikan ibu di toko loak tiap saya ikut ibu belanja ke pasar (saya selalu merengek minta dibelikan Bobo itupun karena gambarnya menarik). Selain itu, jarang saya membaca bacaan lain.

Beberapa sumber mengatakan bahwa orang yang gemar membaca (bibliofil) berawal dari minat baca yang memang sudah tumbuh  ketika masih anak-anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan, minat itu tumbuh ketika sudah besar. Saya adalah contohnya. Ketertarikan saya terhadap buku baru timbul ketika saya sudah semester tiga di kuliah S1 saya. Jujur, saya menyesal. Mengapa baru sekarang saya menemukan manfaat membaca. Mengapa baru sekarang saya menyadari bahwa pepatah bahwa "Buku adalah jendela dunia" itu memang benar. Mengapa baru sekarang saya menyadari bahwa membaca adalah cara paling mewah untuk menghibur diri! Sekarang, saya menjadi seseorang yang "kemanapun saya pergi minimal harus ada satu buku bacaan di tas". Membaca menjadi alternatif kegiatan yang saya habiskan ketika mengantri di tempat umum.

Nah, karena itu, saya punya cita-cita kelak kalo punya anak, saya ingin menumbuhkan minat baca sejak ia kecil, bahkan sejak ia masih balita. Halah, lulus aja belum.....Heheheheu... berhubung belum punya anak, saya terapinlah ke keponakan saya.. semoga beberapa tips berikut bisa bermanfaat ya!

Menumbuhkan minat baca anak sejak balita bukan berarti kita harus menjejalinya dengan buku-buku secara langsung. Menumbuhkan minat anak sejak usia balita berarti kita mulai mengenalkan balita dengan huruf-huruf dan angka-angka meskipun tidak secara langsung. Menumbuhkan minat baca anak sejak balita berarti merangsang ketertarikan terhadap bacaan kepada anak. Tidak harus buku. Misalnya dengan memajang poster nama-nama buah di dinding-dinding rumah, poster urutan angka dari 1-100, poster huruf-huruf hijaiyah, dan lain sebagainya. Beberapa tips berikut semoga bisa bermanfaat bagi pembaca yah!

1. Buku Kain Bergambar

Apa itu buku kain? Jujur, saya sendiri tidak terlalu paham apa sebutan sebenarnya. Pertama kali saya melihat wujudnya ketika sedang berkunjung ke rumah kakak saya yang sedang memiliki anak usia kini 19 bulan. Jadi, ini adalah sebuah buku yang terbuat dari kain dan berisi kapas atau busa. Kebetulan buku yang dibeli oleh kakak saya ini terdiri dari empat lembar, tiap lembarnya berisi berbagai macam gambar hewan beserta nama-namanya dalam bahasa Indonesia dan Arab. Mengingat sifat alami anak balita yang masih senang bereksperimen dengan hal-hal baru: senang mengutak-atik barang dan memasukkan apapun ke dalam mulut, tentunya buku-buku yang terbuat dari kertas kurang aman dan tidak tahan lama. Maka dari itu, menurut saya, buku kain dibuat untuk mengatasi masalah ini. Selain tidak dapat sobek, buku kain juga tidak dapat tertelan oleh balita. Jadi, jelas lebih aman.

Gambar-gambar yang menarik juga menarik minat balita. Terbukti, Gibran, nama keponakan saya, sangat senang ketika saya mengajarinya "membaca". Pertama kali saya melihat buku itu, yang ada dibenak saya: "Good job, Sister! You bought the right thing!" spontan saya mengambil buku itu dan saya ajak keponakan saya untuk "membaca". Ternyata, dia sudah hafal beberapa nama hewan yang ada di buku. Mungkin sang bunda sudah mengajarinya heheheu. "Ban, siniii.... coba cari... ayam mana ya ayam?" dengan cepat dia menunjukkan gambar ayam yang ada di buku."Iya, pinter. Ayam bunyinya gimana? Petok petok gitu ya? Gimana bunyinya?" ia pun menirukan suara saya, "Pok...Pok.." dengan cedal, nggemesiiin. "Pinter.... kalo ikan mana ikan?" dia juga dapat menebaknya dengan benar. Dan... begitu seterusnya. Hihihi.

Saya berusaha, tetapi tidak memaksanya untuk terus berkutat dengan buku tersebut. Misal, ketika ia mulai bosan main bola atau mobil-mobilan, barulah saya menyodorkan buku kain tersebut dan mengajaknya "membaca" bareng-bareng. "Yuk coba dicari... ayamnya dimana ya ayam?" "Kalo kuda mana ya?" "Kambing yang mana hayo? Kambing bunyinya embek...." begitulah kira-kira yang sering saya katakan ketika "membaca" buku bersamanya. Hebatnya, ia tidak bosan dan justru semakin antusias ketika saya menunjukkan apresiasi saya terhadap usahanya.

Beberapa kali hal itu saya lakukan, hingga suatu hari ketika saya berkunjung (bahkan saya masih di depan pintu), Gibran muncul membawa buku kain tersebut, menarik saya, dan mengajak saya membacakan nama-nama hewan di buku itu. Hihihi, lucu sekali....... Disitu saya merasa haru.... (bukan sedih ya, kaya di meme-meme yang lagi tren itu. Haha)

2. Poster

Hayooo, beberapa dari Anda pasti ndak asing dengan poster yang ada di bawah ini. Ya! Poster buah-buahan, hewan maupun transportasi sangat membantu merangsang minat baca anak. Dulu ketika saya kecil, orangtua saya memajang beberapa poster tersebut di dinding rumah. Poster-poster tersebut antara lain: poster nama buah-buahan, poster huruf hijaiyah, poster angka 1-100, dan poster nama hewan. Baru saya sadari, ketika saya sudah dewasa, ternyata secara tdak langsung, poster-poster tadi telah 'menumbuhkan' minat baca saya. Waktu saya kecil saya sering dituntun oleh orangtua saya, mereka menunjukkan sebuah gambar buah dan saya menebaknya, begitu seterusnya hingga secara tidak langsung saya sebenarnya sudah belajar membaca. Saya beruntung, orangtua saya menyediakan media sederhana ini di dalam rumah. Makasih, Pak, Bu! :)

Nah, sayangnya, poster-poster semacam ini sudah mulai jarang saya temui. Ketika kakak saya meminta saya untuk mengantarnya mencarikan poster tersebut, saya sempat pesimis. "Hah? Emangnya masih ada?" Dia bilang masih ada, waktu itu sempat melihat di sekitar Pecinan alias Pasar Rejowinangun (Anda yang tinggal di Magelang pasti tahu). Ternyata benar, kami menemukan seorang ibu berjualan poster-poster, kaos kaki, dan perlengkapan sekolah lainnya di trotoar jalan. Iba rasanya. Tetapi melihat semangat ibu tersebut berjualan, saya merasa tertegun. Malu pada diri sendiri.

Yak, kembali ke topik, disitu ada banyak poster antara lain: poster angka, poster buah, poster hewan, poster transportasi, poster huruf, poster jenis ikan, dan lain sebagainya. Karena usia Gibran masih kecil, saya dan kakak saya akhirnya sepakat untuk membeli poster yang penuh warna dan menarik baginya, yaitu poster buah-buahan, poster jenis ikan, poster hewan, poster nama transportasi. Kami terkejut, karena ternyata harganya sangat murah: sepuluh ribu dapat tiga poster.

Seperti yang dilakukan orangtua kami dahulu, kakak saya pun memajang poster tersebut di dinding rumah agar mudah menarik perhatian Gibran. Dan, benar saja. Singkat cerita, Gibran kini sudah hafal beberapa nama-nama di poster tersebut. Kuda, sapi, ayam, kucing, buaya, ikan, jerapah, gajah, kambing, burung, dan lain sebagainya. Ia juga sudah bisa menunjukkan mana gambar pesawat, mobil, dan lain sebagainya. 

Rahasianya?

Baik orangtuanya maupun saya, sebagai tante (hehehe), selalu berusaha menanggapinya ketika ia tertarik menyebutkan nama-nama di poster tersebut. Meskipun kadang bosan karena mendengarnya berulang-ulang, tapi singkirkan itu, karena tidak ada yang lebih menyenangkan ketika melihat keponakan yang masih berumur sangat antusias untuk belajar "membaca".

3. Buku Bergambar

Selain poster dan buku kain tersebut, buku bergambar juga cukup membantu menumbuhkan minat baca anak. Menurut saya, buku apa saja yang bergambar dapat menjadi media menumbuhkan minat baca anak. Asalkan, kita harus teliti melihat konten buku, apakah cocok dengan anak usia balita atau tidak. Selain itu, sebagai orang yang lebih dewasa, hendaknya selain memberikannya buku bergambar, kita harus banyak-banyak berbicara, menjelaskan kepada anak guna melatih kemampuan bahasanya. Saya pernah baca di sebuah buku, anak yang sejak kecil terbiasa diajak berbicara, memiliki lebih baik kemampuan berbahasanya. Meskipun ia belum bisa menerjemahkan setiap kata yang diucapkan oleh orangtuanya, setidaknya ia memiliki perbendaharaan kosakata yang lebih banyak daripada anak yang jarang diajak berbicara oleh orangtua.

Saya membelikan buku ini kepada keponakan saya, Gibran di ulangtahunnya yang pertama. Mungkin beberapa akan berpendapat, "Mana bisa anak umur 19 bulan membaca?" Nah, tujuan saya membelikan buku tersebut yang utama adalah mengenalkannya pada buku. Meskipun ia belum bisa membaca, saya hanya ingin keponakan saya minimal tahu apa itu buku, dan betapa mengasyikkannya membaca buku untuk mengisi waktu luang. Saya waktu membelikan 3 buah buku: 2 adalah yang terpampang di gambar, dan satu lagi tentang hewan-hewan buas (paus, gorilla, gajah, dan hiu). Buku terakhir yang saya sebutkan, langsung menarik perhatiannya. Beberapa kali dituntun dan dibacakan oleh orangtuanya, kadang saya, kadang kakeknya, kini ia sudah hafal hewan-hewan yang ada di buku tersebut. Ia sudah bisa membedakan mana hiu, paus, dan gajah (gorilla masih agak asing).

Nah, semoga tips-tips di atas tadi bisa bermanfaat bagi para pembaca. Ingat, menumbuhkan minat baca anak perlu proses panjang dan perlu kesabaran tinggi. Jangan terlalu memaksa dan menuntut, melainkan pakailah cara yang lebih bisa diterima anak yaitu dengan memotivasinya, mengapresiasi usaha kecilnya, dan terus memberikan stimulus-stimulus agar minat bacanya dapat meningkat. Selamat mencoba! :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun