Aku lebih banyak diam dan kehilangan senyum. Tatapanku kosong bahkan otakku berhenti berpikir. Siapapun yang melihat pasti menganggapku telah hilang akal.
Aku menerima semua ucapan dan anggapan orang lain padaku karena mereka tidak akan pernah mengerti apa yang sedang kualami dan seberapa besar perjuangan yang telah kulakukan untuk berada di posisi itu.
Tiada teman dan kerabat yang mampu menghibur. Kepercayaan diriku hilang ditelan penilaian-penilaian orang lain yang menganggapku hilang akal. Aku semakin nelangsa.
Ingin mengutuk dan menyalahkan diri namun tak ingin semakin merugi. Hingga akhirnya hanya pada Tuhanlah kuluapkan segala keluh dan kesah. Lewat dzikir dan doa, kupasrahkan semuanya pada Allah, memohon petunjuk untuk dimudahkan segalanya dan benar adanya, Tuhan tak tutup mata, dikirimkan-Nya semangat baru dalam dadaku.
Semangat untuk kembali melanjutkan perjalanan. Kisahku harus berlanjut, jika terus menyesali hal yang telah berlalu aku akan menyia-nyiakan waktu yang diberikan Tuhan saat ini. Perlahan tapi pasti, aku mulai sadar dengan kesabaran untuk menerima apa yang telah digariskan Tuhan, kita akan tahu caranya bersyukur.
Kutata kembali hari-hariku. Berbagai buku penguatan aku baca, dan disanalah kutemukan angin segar yang dapat menyejukkan pikiranku. Rasa percaya diri yang hilang mulai tumbuh. Aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di kampus yang ada di daerahku, meski fasilitasnya jauh dari kampusku yang dahulu. Aku bahagia ketika melihat kedua orang tuaku tersenyum bangga dengan predikat cum laude yang kuterima di wisuda kelulusanku.
Inilah kawan sepenggal cerita tentang impianku yang terbuang, hilang terbawa waktu dan tenggelam dalam tangis kecewa. Aku sangat kehilangan, sebab untuk mencapai mimpi itu aku telah berjuang. Namun tak perlulah menyesali sesuatu yang hilang secara berlebihan sebab jika kamu bersabar maka Allah akan menggantikannya dengan hal yang luar biasa.
Jangan pernah menyia-nyiakan waktu untuk menangisi hal yang telah berlalu karena hidup terus berjalan maju dan tak ada kesempatan untuk kembali ke masa lalu. Jangan lupa bersyukur, agar kamu bisa lebih bijak memaknai semua masalah yang terjadi dan mengambil hal-hal positif didalamnya.
Cerpen ini pernah dipublikasikan dalam buku antologi cerpen NPH batch 4 Ini Kreatif dengan judul “Sepenggal Mimpi Yang Terbuang”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H