Mohon tunggu...
risma riskita
risma riskita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Airlangga

Pencari Ilmu di Kampus Impian Semua Orang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Antropolog Muslim Nusantara dalam Meningkatkan Literasi Berbasis Rahmatan Lil Alamin

8 Juni 2023   16:49 Diperbarui: 8 Juni 2023   18:34 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Rahmatan Lil Alamin Sebagai Wujud Antropolog Muslim Indonesia yang Unggul Di Era Digital
Konsep Rahmatan Lil Alamin menjadi wujud bagi seorang antropolog muslim dalam bertindak. Seorang antropolog dapat merealisasikan konsep ini kedalam 3 hal yakni memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan memahami perkembangan teknologi dan sains, tidak emosi dalam beragama; dan hati-hati dalam setiap ucapan, perbuatan serta tindakan. Seorang Antropolog akan dikatakan unggul terutama dalam hal agama jika mereka menerapkan konsep Rahmatan Lil Alamin berarti bahwa berpedoman penuh terhadap agama Islam serta menjunjung tinggi syariat Islam sesuai ajaran Rasulullah SAW. Era digital ini, banyak gempuran globalisasi dan modernisasi dalam hal ini Antropolog muslim dapat bersaing dengan tetap berpegang teguh pada Rahmatan Lil Alamin untuk menghadapi segala tantangan di era digitalisasi. Dalam kajian Antropologi, agama tidak terlepas dari budaya, agama adalah salah satu wujud kebudayaan yang mana agama selalu mengiringi kehidupan manusia dan dapat membentuk aturan tingkah laku yang harus ditaati oleh umat pengikutnya, sehingga konsep Rahmatan Lil Alamin dalam agama Islam juga berhubungan dengan budaya literasi di era saat ini. Jadi, agama tidak terlepas dari budaya begitupun sebaliknya.
Dalam konteks ini, adapun antropolog yang meneliti mengenai agama yaitu Clifford Geertz yang mana ia meneliti Agama di Jawa tepatnya yaitu di Mojokuto dan dari hasil penelitiannya ia membedakan bahwa di Jawa terbagi menjadi 3 golongan yaitu Abangan, Priyayi, dan Santri. 3 Golongan tersebut memiliki tingkatan dan tidak terlepas dari kebiasaan yang mereka lakukan. Perlu juga kita ketahui bahwa, budaya merupakan segala aktivitas yang dilakukan berulang yang akan menjadi kebiasaan bagi diri pelaku budaya tersebut. Sehingga penggolongan oleh Clifford Geertz didasarkan pada aktivitas sehari-hari dari yang membedakan dari 3 kelompok tersebut.
Konsep Rahmatan Lil Alamin dalam diri seorang antropolog berarti kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam semesta. Sebagai seorang antropolog muslim dengan menerapkan konsep ini diharapkan kedepannya setiap tindakan yang diperbuat dapat sesuai dan juga selalu berorientasi untuk memberikan manfaat kepada
orang lain di sekitarnya. Konsep Rahmatan Lil Alamin inilah yang menjadi acuan bagi seorang antropolog muslim dalam bertindak. Islam Rahmatan Lil Alamin dapat menjawab berbagai tantangan bangsa Indonesia, salah satunya dalam hal IPTEK yang juga mengarah pada literasi di era digitalisasi. Nilai-nilai Rahmatan Lil Alamin yang harus dikuasai oleh calon Antropolog muslim di era milenial, yaitu kerjasama, toleransi dan pluralisme, sosial profetik, keteladanan, serta pengingkatan kualitas SDM.

3. Peran Antropolog Muslim Indonesia dalam Meningkatkan Literasi Berbasis Islam Rahmatan Lil Alamin di Kalangan Masyarakat dan Mahasiswa Di Era Digital
Dalam Literasiologi (2021; 4) era informasi identik dengan era pada saat ini yakni era digital literasi seperti saat ini, yang mana menggambarkan kemampuan berinteraksi, berkomunikasi satu sama lain, dan juga beraktualisasi secara omongan saja namun juga secara tertulis atau harus ada bukti nyatanya. Menurut Literasiologi (2021; 5), terdapat konsep dalam metode pengajaran dalam hal literasi saat ini dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis seseorang tersebut. Seseorang disebut berliterasi apabila ia memiliki pengetahuan yang hakiki untuk digunakan dalam setiap aktivitas yang menuntut fungsi literasi secara baik benar dan dapat digunakan dengan efektif dalam masyarakat serta pengetahuan yang dicapainya dengan ataupun melalui membaca, menulis, serta arithmetic atau hitung menghitung untuk dimanfaatkan bagi perkembangan masyarakat. Literasi dalam membaca didefinisikan sebagai tingkat kemampuan dalam menggunakan informasi tertulis yang didapat sesuai dengan situasi yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan itu berhubungan dengan keterampilan memahami, menggunakan, serta juga dalam hal melakukan refleksi terhadap suatu bacaan yang sesuai dengan tujuan membacanya, yakni untuk menambah serta mengembangkan pengetahuan maupun potensi diri, dan juga untuk berperan aktif di masyarakat.
1) Masyarakat
Seorang Antropolog atau yang sejenisnya memiliki peranan yang tak kalah penting dalam hal meningkatkan literasi diberbagai kalangan termasuk kalangan masyarakat hal itu salah bukti kehadiran dan peranan dari seorang antropolog. Salah satunya yakni meningkatkan motivasi dalam minat membaca atau make literation habbit. Sebagai contoh, seorang antropolog pada tahap memotivasi minat baca ini masyarakat diarahkan untuk membuat kontrak belajar kegiatan minat baca, ini bentuk salah satu projek yang bisa digunakan. Dalam hal ini, masyarakat ditugaskan untuk menulis hal yang harus/tidak dikerjakan berkaitan tujuan akhir kegiatan pada suatu media sebagai metode pelatihan, kemudian dikumpul sebagai bahan awal pembuatan tugas project tadi. Semua ditulis pada lembar kontrak yang dilakukan secara tulus sehingga menjadi pegangan motivasi diri sendiri. Ini penting dalam peningkatan literasi. (Literasiologi, 2021: 15).
Selain itu, seorang antropolog juga berperan dalam masyarakat untuk meningkatkan literasi adalah dengan cara meningkatkan minat masyarakat berkarya melalui tulisan. Sebagai contoh untuk menyempurnakan hasil dari literasi di masyarakat adalah dengan memberi fasilitas menulis. Menulis dari hal sederhana seperti pengalaman keseharian dialami, melakukan review buku yang sederhana, bisa berbagi mengenai pemahaman terhadap buku yang dibacanya dan masih banyak hal lagi.

2) Mahasiswa

Pada kalangan mahasiswa, seorang antropolog memiliki peranan yang penting juga. Salah satunya yakni sebagai contoh seorang antropolog dapat melakukan pemberdayaan sudut baca sebagai perpustakaan mini pada kalangan mahasiswa (Literasiologi, 2021: 15). Terbatasnya bacaan teratasi sementara pemberdayaan ruang baca, dikelola antropolog langsung dan dipelihara seluruh mahasiswa. Ruang baca yang di buat di sudut ruang kuliah berfungsi menyimpan bahan bacaan, mejadi perpustakaan sederhana, dan sebagai bahan bacaan lainnya. Koleksi dalam ruang baca harus tercatat rapi supaya tidak hilang kedepannya. Bahan bacaan dapat dibaca di tempat dan dibawa kemana-mana.
Berdasarkan uraian diatas, Antropolog muslim mempunyai peran dan
kontribusi untuk membantu meningkatkan literasi digital di kalangan masyarakat maupun mahasiswa dengan berpegang teguh pada konsep Rahmatan Lil Alamin. Literasi berbasis Rahmatan Lil Alamin artinya literasi yang berbasis Islam. Perihal literasi masyarakat dan mahasiswa di era digitalisasi dan konsep Rahmatan Lil Alamin tersebut, nilai yang dikembangkan Antropolog muslim dalam menghadapi era digitalisasi, seperti: humanis, menjunjung tinggi, menghargai hak asasi sesama manusia. Menurut Mucharomah (2017: 186) Islam wajib melakukan perubahan menyesuaikan diri dengan tantangan yang dihadapi. Tantangan berupa globalisasi akibat kemajuan IPTEK, terutama bidang telekomonikasi.
Antropolog muslim dapat menjadi motivator bagi masyarakat dan mahasiswa dalam meningkatkan minat dan kesadaran literasi terutama literasi berbasis Islam Rahmatan Lil Alamin. Dengan meningkatkan kesadaran literasi yang dilakukan dengan basis Islam Rahmatan Lil Alamin maka akan membentuk insan manusia yang unggul dan taat serta dalam hal pengetahuan masyarakat dan mahasiswa akan melek dengan kemajuan IPTEK. Menurut Mucharomah (2017: 179) Islam Rahmatan Lil Alamin dalam dunia ilmu pengetahuan mengenal ilmu kimiyya (kimia), aljabar, dll karya Ibnu Sina. Ilmu ini dikembangkan oleh ilmuwan Muslim. Tentunya, para Antropolog muslim berperan bersiap diri memperbaiki kompetensinya, menjadi figur menginspirasi dan memotivasi bagi khalayak umum terutama kalangan masyarakat dan mahasiswa.

4. Tokoh Antropolog Muslim Indonesia beserta Pemikirannya

1) Usman Pelly

Input sumber gambar
Input sumber gambar

Sumber: UNKRIS Jakarta

Usman Pelly adalah seorang antropolog muslim. Beliau bisa dikenali dari mulai (kelahiran di Lhokseumawe, Aceh, 12 Juli 1938). Beliau seorang antropolog Indonesia, guru agung, dan ketua umum dari Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara serta YPI Amir Hamzah Medan. Usman Pelly sendiri adalah putra Minangkabau asal Bayur, Maninjau, Sumatera Barat. Beliau menyelesaikan pendidikan sarjananya di IKIP Ajang pada tahun 1969. Tahun 1980 dia mendapat gelar Master of Arts di proses antropologi dari University of Illinois, Amerika Serikat. Dan tiga tahun kemudian dia meraih gelar Ph.D. Selain sebagai dosen, Usman Pelly juga giat dalam melaksanakan berbagai penelitian. Fokus penelitiannya kebanyakan tentang warga di Sumatera Utara dan sekitarnya. Adapun karya milik Usman Pelly sendiri mudah untuk dicari karena namanya yang sudah dikenal sebagai antropolog dan guru besar, salah satunya adalah buku Urbanisasi dan Adaptasi terbit pada tahun 1994.
Salah satu pemikiran menarik dari Usman Pelly adalah mengenai budaya etos kerja. Dalam KE (2016: 4) Etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja. Bila kita hubungkan dengan literasi digital berbasis Rahmatan Lil Alamin yakni dengan adanya etos kerja, dapat mendorong kita kepada literasi digital yang lebih baik lagi, dapat mendorong semangat dan gairah kita dalam menggerakkan budaya literasi digital kedepannya. Hal ini yang menjadi pedoman dan juga harapan bagi kita semua dengan adanya pemikiran dari Usman Pelly ini dalam mendorong semangat masyarakat maupun para mahasiswa terhadap literasi digital berbasis Islam ini.

2) Prof. Dr. Irwan Abdullah

Input sumber gambar
Input sumber gambar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun