Ketidakpatuhan dalam pengobatan ini akan memberikan kesempatan pada virus bereplikasi sehingga dapat menurunkan CD4 dan akan terjadi resistensi dalam tubuh ODHA sehingga membuat kulitas hidup ODHA menjadi buruk. Edukasi yang benar dan mudah untuk dipahami tentang kepatuhan minum ARV perlu dilakukan secara rutin dan baik pada ODHA maupun kerabat terdekatnya. Adanya kebiasaan yang baik dari kepatuhan minum obat ARV oleh ODHA ditandai dengan tahu, mau dan hafal frekuensi minum obat ARV tersebut. ODHA dapat dibantu dengan bantuan keluarga menggunakan alarm membantu mereka mengingatkan waktu dalam minum obat ARV. Untuk menekan jumlah virus yang baik maka diperlukan tingkat kepatuhan ARV yang tinggi. Tingkat kepatuhan yang lebih rendah mungkin saja terjadi karena faktor biaya untuk berobat misalnya seperti biaya transportasi dari rumah ke fasilitas kesehatan, adanya efek samping obat serta stigma terhadap pasien HIV/AIDS.
Dengan mengukur kualitas hidup, suatu penyakit dapat dikaitkan dengan faktor risikonya. Kualitas hidup juga dapat memantau kemajuan tujuan kesehatan suatu negara serta mengidentifikasi suatu kelompok dengan persepsi kesehatan yang buruk sehingga dapat dilakukan intervensi untuk memperbaiki situasi tersebut. Kepatuhan minum obat ARV tidak menjadi faktor langsung atau faktor utama yang berhubungan dengan kualitas hidup ODHA karena terdapat banyak elemen atau faktor lain.
Jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan tingkat kepatuhan minum obat tidak berhubungan dengan kualitas hidup ODHA. Sebaliknya, tingkat pendapatan, lama terdiagnosa, lama terapi ART, tingkat dukungan keluarga, tingkat stigma dan tingkat depresi berhubungan dengan kualitas hidup ODHA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H