"Lagi banyak masalah?" kataku. Sandra tertawa lepas memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
"Aku baru saja dipecat hari ini. Perusahaan tempatku bekerja melakukan pengurangan pegawai," jawab Sandra sambil tetap bergoyang. Selanjutnya Aku dan Sandra terlibat percakapan. Akhirnya Sandra menyetujui apa yang menjadi tantangan dari teman-temanku. Setelah sama-sama lelah, kami pun kembali ke meja masing-masing.
"Guys, Gue pulang duluan yah," kataku pada keempat temanku.
"Mau kemana? Baru juga jam segini," sergah Doni.
"Gue mau nge-date sama Sandra. Don, siap-siap transfer sepuluh juta ke rekening Gue. Dah yah, Gue cabut dulu." Aku lalu menemui Sandra, berpamitan pada teman-temannya dan pergi. Kemana Aku pergi? Menunaikan tantangan Doni tentu saja.
***
Akhirnya uang tigabelas juta masuk ke rekeningku. Satu juta dari Rio, dua juta dari Marco dan sepuluh juta dari Doni. Aku lalu men-transfer uang sejumlah dua puluh juta kepada Sandra via mobile banking. Aku lalu menelepon Sandra.
"Barusan Aku transfer dua puluh juta. Yang tiga belas juta untuk biaya privat nge-dance. Yang tujuh juta buat bantu biaya operasi adik kamu," ujarku sambil tersenyum, meski pun Aku tahu Sandra tak bisa melihatnya.
"Terima kasih yah, mas Satria. Sandra ngga tahu mau ngomong apa. Kalau sempat, datang yah ke rumah sakit. Biar adik Sandra kenal, siapa orang baik yang sudah membantunya," kata Sandra. Sepertinya ia berkata sambil terisak. Setelah beberapa kalimat, percakapan via telepon pun usai.
Kalian tentu menyangka Aku berhasil meniduri Sandra. Tidak, sama sekali tidak. Ketika kami berdua melantai, Sandra bercerita tentang adiknya terbaring di rumah sakit. Ia butuh sejumlah uang untuk biaya operasi. Lalu Aku ceritakan tentang tantangan Doni. Sandra pun menyetujui rencanaku. Aku pun mengatur tipu muslihat agar Doni percaya bahwa tantangannya telah kutunaikan.
Kau juga tentu bertanya mengapa Sandra menatapku lama. Hmm... kalau itu sih rahasia. Yang jelas, tak seperti yang ada di pikiranmu. Percayalah! Â Â Â Â