Mohon tunggu...
Risman Senjaya
Risman Senjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Writer Wannabe

Writer wannabe. Hobi fotografi dan musik. Peminat novel Tere Liye dan Ika Natassa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah Suci Akhir Pekan

20 November 2020   15:49 Diperbarui: 20 November 2020   15:52 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Gue kasih Lo sepuluh juta, kalau Lo bisa mengajak dia tidur malam ini," tantang Doni, si fakboi hampir insyaf.

Semua mata tertuju padaku dengan tatapan menantang. Mereka pasti mengira Aku tak akan berani menerimanya. Well, dalam keadaan normal mungkin Aku tak akan berani. Tapi entah karena pengaruh Tequila atau apa, keadaannya jadi di atas normal.

"Deal," kataku singkat. Aku lalu bangkit dan menghampiri meja gadis itu. Ia datang bersama dua orang wanita dan dua orang pria. Kedatanganku sepertinya mengganggu mereka.

"Menatap mata orang yang tidak dikenal selama lebih dari tiga detik itu tidak sopan," kataku datar tanpa ekspresi.

"Oh, maaf. Wajah dan perawakan Lo mengingatkan Gue dengan seseorang," kata gadis itu dengan perasaan bersalah. Dua orang pria disebelahnya memasang wajah defensif. Mereka seperti bersiap mengusirku.

"Gue mau menatap Lo lebih dari tiga detik. Agar tidak dibilang tidak sopan, kita harus saling kenal. Gue Satria," ujarku sambil mengulurkan tangan.

"Gue Sandra," ucap gadis itu yang ternyata bernama Sandra.

"OK, Sandra.... Gue pengen mengenal Lo lebih jauh, tapi disini jelas bukan tempat yang tepat. Mungkin lain kali Gue bisa mengajak Lo ke tempat yang lebih cocok. Nomor Whatsapp Lo?" kataku sambil mengeluarkan gawaiku. Sandra menatapku. Mungkin ia coba menerka niatanku. Lalu ia mengambil gawaiku dan mengetikkan sederet angka.

"Thanks Sandra, nice to meet you." Aku lalu kembali ke mejaku. Keempat temanku menyambut dengan riuh. Obrolan kami makin seru. Mereka memprovokasi agar Aku menerima tantangan Marco dan Doni. Tak ada alasan untuk menolaknya. Aku kembali mendatangi Sandra.

"Gue ngga bisa nge-dance. Mau jadi guru privat Gue ngga? Gue bayar tiga belas juta," kataku pada Sandra. Ia kembali menatapku heran. Namun ia kembali tak menolak permintaanku. Sandra menggamit lenganku dan menyeretku ke dance floor.

Sandra mulai bergoyang mengikuti irama. Sial! Ternyata dia lihai sekali. Gerakannya begitu atraktif membuatku terlihat seperti amatiran. Tapi Aku ikut bersemangat dan berusaha mengimbanginya. Sejenak Aku lupa pada tantangan teman-temanku. Peluh mulai menghiasi tubuh indahnya yang dibungkus gaun Sabrina warna biru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun