Kau tahu apa beda diskotik, club, pub, bar dan lounge? Kalau kau tidak tahu, tak perlu kau cari tahu. Beruntunglah kau yang tak mengenal semua itu. Pertahankan! Mengapa kubilang begitu? Artinya kau tidak merasa butuh terhadap itu semua, dan itu bagus. Karena banyak diluaran sana yang membutuhkan tempat-tempat itu layaknya rumah suci. Yah, Aku menyebutnya rumah suci akhir pekan.
Mereka mendatangi tempat-tempat itu lebih sering dari mereka mendatangi rumah suci mereka. Mereka mungkin lupa kapan terakhir mendatangi masjid atau bahkan tidak pernah sama sekali.
Tak perlu seruan layaknya azan untuk memanggil. Mereka datang dengan sukarela tanpa paksaan, walau harus merogoh kocek. Bahkan beberapa telah melakukan reservasi terlebih dahulu. Hal itu adalah sesuatu yang tak pernah ada di rumah ibadahmu kan?
Mereka tenggelam dalam lantunan irama EDM. Berjamaah diimami oleh sang DJ dengan headphone yang selalu melingkar di leher. Mimbarnya adalah perangkat Pioneer CDJ 2000 Nexus atau sejenisnya. Tenggelam dalam kontemplasi berselimutkan tata cahaya yang atraktif dari konsol Madrix. Shaf mereka berbaur antara pria dan wanita. Disini bahkan sudah jamak bila diimami oleh wanita alias female DJ yang berpenampilan menggoda.
"Woy, bengong aja Lo dari tadi. Sudahlah, ngga usah terlalu dipikirin. Kita disini kan buat have fun. C'mon, Bro!" Suara Yoga menghentikan kelana pikiranku. Ia mengangkat gelas dan mengajakku bersulang. Aku sambar gelasku yang berisi Tequila tanpa garam, lalu menyambut ajakan bersulang Yoga. Kusesap minuman beralkohol itu dan segera memenuhi kerongkonganku. Damn! Keras sekali minuman ini.Â
Obrolan santai dan gelak tawa memenuhi meja kami berlima. Kepulan asap rokok menyeruak diantara remang cahaya. Sejenak melupakan segala masalah masing-masing. Membenamkannya pada alkohol dan berharap akan segera luruh. Tentu saja itu hanya delusi.
"Arah jam sebelas, dari tadi dia ngeliatin Lo terus," kata Doni setengah teriak. Asisten manajer sebuah perusahaan advertising itu lalu menenggak Martel favoritnya. Aku mengarahkan pandang ke arah yang dimaksud Doni. Seorang wanita berparas cantik menatapku sedikit sayu. Wajahnya mengingatkanku pada aktris Tara Basro. Selama tiga detik kami saling pandang, dan di detik ke empat Aku memalingkan pandangku. Â
"Apa pun minuman Lo malam ini, Gue yang bayar, kalau Lo berhasil mengajak dia kenalan," tantang Yoga, si pick up artist abal-abal.
"Gue kasih Lo sejuta, kalau Lo berhasil dapetin nomor Whatsapp-nya," tantang Rio, si playboy KW super.
"Gue kasih Lo dua juta, kalau Lo berhasil mengajak dia nge-dance berdua," tantang Marco, si bodat yang pandai nge-dance.