Mohon tunggu...
Risman Senjaya
Risman Senjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Writer Wannabe

Writer wannabe. Hobi fotografi dan musik. Peminat novel Tere Liye dan Ika Natassa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Deja Vu Pengangguran

19 November 2020   14:13 Diperbarui: 19 November 2020   17:53 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Notifikasi mobile banking pun jadi sering berbunyi dari gawai Reno. Pundi-pundinya pun kembali berisi setelah tiga bulan ini kering. Ia bisa membayar lunas semua hutangnya di warung Mpok Lela. 

Ia juga bisa membayar uang sewa kontrakan untuk setahun kedepan. Walau begitu, tak seorang pun tahu tentang pekerjannya itu. Reno melakukannya secara anonim, menggunakan nomor yang baru. Walau kadang nuraninya protes, tetapi tak mampu mengimbangi kedigdayaan akalnya. Hidup dijalaninya dengan damai, sampai satu hal mengejutkan menerpa.

Bermula dari katalog terbaru yang diterima oleh Reno malam itu. Ia tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya melihat sosok yang dikenalnya dalam kategori new arrival. Segera ia mengambil gawainya dan menelepon seseorang. Sejurus kemudian keduanya telah berada di sebuah caf di bilangan Green Lake City.

"Ada apa sih, Kak? Tumben malam-malam begini mengajak ketemuan," kata gadis cantik yang memakai gaun terusan warna peach itu. Rambut hitam panjangnya dibiarkan tergerai. Reno memandang lekat gadis berbibir tipis itu sambil pikirannya merancang pembicaraan kedepan.

"Midah..., kamu tahu apa pekerjaan Kakak?"

"Ngga tahu.... Kakak kan ngga mau kasih tahu Midah. Kenapa sih pakai main rahasia gitu?"

"Bukan ngga mau kasih tahu, tapi jujur Kak Reno malu dengan pekerjaan itu. Tapi karena Kakak butuh uang untuk biaya hidup, dengan terpaksa Kakak melakukannya. Dua bulan ini semua berjalan lancar, sampai tadi malam  Kakak menemukan hal yang tak bisa Kakak abaikan. Ini ada hubungannya dengan kamu, Midah." Reno berhenti sejenak, melihat respon dari Midah. Gadis  periang itu hanya memasang wajah datar. Ia tak tahu arah pembicaraan ini.

"Pekerjaan Kakak ada hubungannya dengan Midah? Maksudnya gimana? Kakak jangan buat Midah penasaran dong!" Midah mulai gusar. Reno lalu memperlihatkan gawainya pada Midah. Seketika wajah Midah pucat pasi.

"Apa pun yang ada di pikiranmu, Midah.... Apa pun yang menjadi alasanmu.... Apa pun yang kamu cari, semua tidak seindah yang kamu bayangkan. Tak ada masa depan cerah disana, percayalah. Kakak minta agar kamu jangan masuk ke dunia jahanam itu."

"Tapi Midah ingin seperti teman-teman, Kak. Pakai baju branded, handphone seri terbaru, makan-makan di resto mahal, liburan ke luar negeri, tinggal di apartemen mewah. Lagi pula mahkota Midah sudah direnggut Bonzo, cowok brengsek kampungan itu. Tak ada yang perlu dipertahankan lagi!" Wajah Midah merah padam menahan emosi. Tangannya mengepal dan bibirnya bergetar. Sekuat tenaga ia menahan air mata, namun akhirnya jatuh juga. Untuk beberapa saat, Reno membiarkan air mata Midah tertumpah.

"Bagaimana kalau di tempat ini kita sama-sama berjanji. Kakak berhenti bekerja dan Midah keluar dari dunia jahanam itu. Kita putuskan komunikasi dengan segala yang berhubungan dengannya. Tuhan jadi saksinya. Tak perlu ada orang lain yang tahu." Entah bagaimana kata-kata itu bisa keluar dari mulut Reno. Itu artinya ia harus bersiap-siap kembali menjadi pengangguran. Di sisi lain, ia tak ingin anak Mpok Lela yang begitu baik padanya, terperosok jurang nista. Kali ini, nampaknya nurani berhasil membalikan keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun