"Iya lagi di musholla, sebentar lagi kesana koq, ada perlu sebentar," jawabku sambil berteriak dan mematikan gawaiku.
"Pacarnya yah mas? Sekilas gue lihat fotonya tadi, cantik banget. Wah apa jadinya kalo dia lihat yang barusan terjadi." goda Rena sambil tersenyum jahil.
"Oh, Meta? Bukan pacar, dia kolega satu kantor. Cantik sih anaknya, tapi sejak melihat lo, gue rasa sih cantiknya Meta jadi ngga ada apa-apanya." Kukeluarkan salah satu gombalan andalanku.
"Hmm... lama-lama disini, bisa baper gue. Kita cabut yuk mas!" Renata lalu bangkit. Aku pun ikut menyusulnya. Lalu kita berjalan beriiringan keluar dari musholla. Dipersimpangan menuju pakiran basement, kami berpisah.
"Kita pisah di sini mas Ardi. Terimakasih atas semuanya. Semoga kita bisa ketemu lagi di lain waktu dalam keadaan yang lebih baik. Assalamu'alaikum. Bye, mas Ardi." Renata tersenyum padaku sambil melambaikan tangannya dan berjalan menuju parkiran.
"Wa'alaikum salam. Bye, Renata. Kalau kita bertemu lagi, mungkin kita berjodoh," ujarku. Renata menghentikan langkahnya, lalu berbalik dan tersenyum sambil mengangguk.
Setelah itu, aku tak pernah lagi bertemu dengan Renata. Dia tak pernah menampakkan dirinya di musholla lagi. Saking penasaran, aku nekat mendatangi lantai tiga tempat Renata bekerja. Ternyata ia sudah resign. Aku hubungi dua nomor telepon yang diberikan resepsionis, tak ada yang aktif. Ya sudahlah, aku hanya bisa berdoa, semoga Renata selalu dalam lindunganNya.
Setahun sudah berlalu dari peristiwa tak terduga di musholla itu. Aku sudah resign dari bank tempatku bekerja. Aku kini bekerja disebuah Photograpy Agency. Penghasilannya memang tak sebesar saat masih jadi bankir, tapi di sini aku tak merasa jadi budak korporasi. Di sini aku merasa seperti mengerjakan hobi, dibayar pula. Hari ini aku bertugas meng-handle klien sebuah Pondok Pesantren berkonsep modern di kawasan Bogor. Mereka butuh foto-foto untuk keperluan pembuatan web, media sosial dan materi cetak.
"Assalamu'alaikum mas Ardi. Apa kabarnya?" sapa seseorang saat aku sedang asyik mengambil foto gedung-gedung pesantren yang megah ini. Dari suaranya aku kenal, tapi melihat sesosok wanita berhijab dihadapanku, aku ragu dengan pikiranku.
"Wa'alaikum salam. Maaf, ini dengan siapa yah?" tanyaku sambil menatap lekat wanita cantik dengan jilbab warna biru laut itu.
"Aduh kasian deh gue, udah dilupain gitu aja. Sepertinya kejadian waktu itu ngga ada artinya apa-apa." Dia merengut.