Maafkan aku karena melukai hatimu, jika aku bisa aku juga ingin menghapus rasa cintaku kepada pria pujaanmu itu, tetapi aku tak bisa melakukannya, rasa ini terlalu dalam. Asal kamu tau, setiap aku bertemu denganmu aku tak sanggup menatapmu, aku sangat malu. Setiap melihatmu menyendiri aku selalu merasa sedih, aku tak sanggup membendung deraian air mataku. Kamu adalah sahabat yang paling aku sayangi, yang paling mengerti aku. Maaf karena aku berbohong pergi ke Amerika untuk menjenguk saudaraku. Jika waktu masih mengijinkan kita untuk bertemu, aku ingin mengatakan betapa aku sangat menyayangimu, betapa berartinya kamu dalam hidupku.
Mungkin rasa cinta kamu lebih besar dari rasa cintaku, karena itu aku lepaskan Alfan untukmu. Mungkin dia bukan jodohku, dan tolong do’akan agar aku bisa melupakannya. Maafkan aku Kirana, aku terlalu silau dengan cinta. Tolong jangan menangis ketika membaca surat ini, karena aku tak suka melihatmu menangis, karena sedihmu adalah sedihku. Aku tak pantas mendapat setetespun air matamu, simpan air matamu untuk nanti. Suatu saat kita akan bertemu lagi, yakinlah itu, itupun jika kamu masih menganggap aku sahabatmu, aku tau aku salah besar jika meminta ini padamu, tapi tolong jangan memusuhiku. Aku akan pindah dan bersekolah di sini, aku akan sangat merindukanmu sahabatku.”
Air mata terus membasahi pipiku, aku terus menjerit menyesal, betapa bodohnya aku melepaskan sahabat sebaik dia. “Jika kamu mau, aku akan mengantarmu kesana. Pesawat akan terbang setengah jam lagi” tanpa mengulur waktu, aku menerima tawaran Alfan. Sampai di bandara aku melihat Rina yang sedang duduk menanti pesawat yang akan dia naiki. Aku segera menghampiri Rina dan memeluknya “jangan pergi, tolong jangan pergi. Aku tak ingin kehilangan kamu” “Kirana, jangan menangis, aku mohon jangan menangis untukku, aku tak pantas menjadi orang yang kamu tangisi” “omong kosong apa itu? Kamu adalah sahabatku, sahabat yang sangat aku sayangi”
Rina menangis tersedu-sedu dengan terus memandangiku“terima kasih, terima kasih kamu masih mau menganggapku sahabat” “jangan mengatakan hal aneh lagi. Rina aku menyesal, maafkan aku” “aku yang salah, bukan kamu Kirana. Sebentar lagi aku harus pergi, sekali lagi aku minta maaf Kirana” sambil menahan air mata yang terus berjatuhan aku menguatkan diri untuk berkata sebelum dia pergi “Rina, tolong jangan pergi, bisakah kamu tetap tinggal untukku? Untuk Alfan?”
“Oh ya, Alfan tolong jaga sahabatku baik-baik. Aku tau dulu kamu menyayanginya” “tetapi sekarang aku menyayangimu. Jadi tolong jangan pergi” jantungku serasa berhenti sekejap mendengar perkataan pria yang selama ini aku puja-puja. Namun aku masih teringat sahabatku yang juga mencintainya. “Ijinkan Kirana untuk membuka hatimu kembali, ijinkan dia mengisi hatimu. Selamat tinggal sahabat-sahabatku, aku akan merindukan kalian”. Aku terus menangis tersedu-sedu memandangi Rina yang semakin jauh pergi.
Tadi malam aku bermimpi Rina melihat ke arahku dan tersenyum, dia mengatakan dia sudah menganggap aku seperti saudaranya sendiri dan dia sangat senang bisa menjadi bagian hidupku, lalu tiba-tiba dia menghilang. Keesokan harinya ada sebuah berita yang mengatakan pesawat tujuan Amerika terjatuh ke hutan dan tak ada satu pun penumpang selamat. Ternyata berita itu sudah dari kemaren sore. Aku tertegun melihat berita itu, sontak aku langsung menangis melihat berita itu. Aku tak menyangka dia pergi secepat itu. Segera aku pergi ke rumah saudaranya, saudaranya menuntunku ke arah makam Rina.
Di batu nisan itu tertuliskan “Rina Artanti” air mataku kembali terjatuh, semua kenangan indahku bersamanya kembali terngiang di pikiranku. Saat kami pergi bersama, bercerita dengan gembira, berbagi sedih bersama, bahkan saat kami bermusuhan dan pertemuan terakhir kami. Di sana ternyata juga terdapat Alfan, pria pujaanku. “kamu disini juga. apa Rina jug berpamitan dengan kamu di mimpi? Rina juga mengucapkan selamat tiggal kepadaku, dia memintaku menjagamu.
Tapi maaf, aku tak bisa, aku masih sangat mencintai Rina. Dia adalah wanita yang selama ini aku cari” aku beranjak berdiri dari tempatku semula “aku tak heran, dia memang bukan gadis yang tangguh, dia membuatku serbasalah. Aku harus pergi sekarang” tanpa basa-basi aku pergi meninggalkannya yang masih tersungkur di makam Rina.
Setelah kepergian Rina, Rina terus mendatangiku lewat mimpi, dia selalu meminta maaf dan menangis dihadapanku dia sempat berkata “andai saat itu aku tak datang dalam kehidupan kalian, semua tak akan menjadi begini. Kamu pasti sudah bersama dengan pria pujaanmu” “Rina, sekarang semua itu sudah tak penting, kamu boleh tenang di alam sana.
Kelak kita akan bertemu, yakinlah itu” jawabku. Di malam 39 hari, Rina kembali mendatangiku melalui mimpi dan berkata “Kirana, aku sangat menyayangimu, aku tak tega melukai hatimu. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya, semoga kamu mendapat pria yang lebih baik dan sahabat yang lebih baik dariku” ungkapnya seraya menangis. “Rina, tak ada yang menggantikan posisimu, kamu sahabat terbaikku.
Dan jangan menangis, itu membuatku menjadi semakin sulit melepasmu” Aku mencoba menutupi kesedihanku dengan tersenyum kepadanya menyambut pertemuan terakhir kami. Saat terbangun, aku kembali menangis mengingat aku tak akan bisa bertemu lagi dengannya, aku hanya memiliki foto, dan beberapa barang pemberiannya yang selalu aku simpan. Rina semoga kamu bahagia disana. Aku akan selalu mendo’akan yang terbaik untukmu, jangan khawatir soal Alfan,